|
 |
ENGLISH VERSION
http://world-islah-enterprise.com
|
 |
2 DIMANA AKAL ?1)
Tak
hanya para pakar & ILMUWAN harus mau menggapai pengetahuan & ILMU sosial,
science that deal with men, namun - inilah yang tersulit dari semuanya; Mereka
harus menyebar luaskannya ke segenap penjuru dunia atas milik temuannya itu; Kalau mereka tak berhasil dalam enterprise -
usaha bersama yang sulit ini, orang akan menghancurkan dirinya sendiri dengan kepandaiannya yang separuh separuh.
Saya
diilhami kalau ia melincur - keluar jalur → kedepan, masyarakat hanya akan bersama tikus tikus.
Tapi
saya senang, saya tak mengalaminya.1) (Bertrand Russell)
2.1 ULANGAN
Mengulangi Bab 1, sebagai
penyegaran ingatan; "Bagaimana jagat raya dibuat?" Tak mengurangi maupun melebih lebihkan, sejak Aristoteles 2500 tahun yang
lalu semua SAINTIS unggulan, secara kronologis, seluruh dunia .. Ptolemeus, Kepler, ... Einstein, Bohr, Schrὁdinger,
Carl Sagan, John Wheeler, Paul Davis, Weinberg ... Baiqunni, Karlina .... semuanya tak mampu mengexplanasikannya kecuali Hawking,
namun dia bingung dengan ucapannya sendiri: " ..... Jawaban ini akan tampak
jelas bagi kita seperti bahwa bumi beredar mengitari matahari - atau barangkali akan menggelikan seperti menara kura kura
itu 2)". → Jelas bermula karena jabang bayi univers dipotret gema-radiasi-cosmis nya ; juga jelas
berakhir - ruang dan waktu itu umurnya 20 milyard tahun. Kemudian Cobe II & no boundary condition mengesahkan univers
ada terus. `Beginless begin, endless end ini lucu !"
Namun Fakta alam riil
dan alam imaginer itu sudah betul ! (betul mutlak benar, karena merujuk ke Pakum /The Vacuum yang mutlak, tak berdimensi
ruang-waktu - covariant terhadap salib sumbu manapun - penulis).
Islakh - Aufgehoben: [Sebetulnya dia lupa dalilnya sendiri "azas antropik" - kita lihat jagat raya (=fakta) dan
ruang pakum (=realitas) seperti apa adanya → The principles of anthropic itu berbau konsep metaphisik (sama dengan definisi
akal) yang melibatkan yang, jika suatu univers tertentu tidak mengetrapkan ukuran standard alam, yang menyediakan bagi keberadaan
hidup dan pengembangan inteligensia maka tak kan ada orang yang mau menyebar luaskan milik temuannya" 3)];
Formula Schrὄdinger
itu peran utama dalam isu kita ini, MM univers itu dengan 2 syarat batas / kehendak Tuhan; 1. General Relatuvity Einstein.
2. ruang & waktu tanpa tepi/ batas.
Hawking lupa dengan deskripsi
quantum Bohr, kalau di kamar 1 orang sudah tak bisa lagi memakai dalilnya (di singularitas) maka kita harus pindah kamar 2 dalil quantum cosmology. Hingga kita temukan 2 FAKTA
seperti apa adanya - alam dunia & alam akherat yang tergambarkan seperti gambar 4 itu, merupakan kebenaran mutlak
karena semua rujukannya (materi terlahir dari) ruang pakum yang absolut ruang
& waktunya.
Kita temukan dalam alam
bilangan fundamental atau ukuran ukuran standard yang sangat diperlukan untuk kelestarian kehidupan alam & manusia kedepan;
Dan kita temukan juga
makna relatip dan mutlak senyatanya.
Yang terakhir orang mampu
menemukan & mendefinisikan Tuhan dengan pendekatan ILMIAH !
Aufgehoben Bab 1 ini
tidak boleh tidak atas asas antropik/ Bertrand Russell harus sampai ke tangan Hawking! Ini lugas akan mempengaruhi nasib sosial-politik
umat manusia, gagasan kompleks dengan implikasi praktis yang belum ada padananya dalam sejarah peradaban. []
2.2 AKAL - MENGERTI
SAINTIS neurobiolog Hubel
(1979), sebelum mulai menuliskan makalah ILMIAH tentang "the Brain" mempertanyakan terlebih dahulu definisi atau arti dari
"mind" & "understand" :
" Saya kira ada kesulitan masalah arti kata dari `akal' & `mengerti'. Kata kata ini berguna untuk bermacam
macam kebutuhan namun bisa kabur atau tak jelas pada ujung ujungnya; Bisa mengarah tak mempunyai arti, tak pada tempatnya
hingga tak mempunyai penyelesaian;
Masalah akan muncul menggejala bila kita menanyakan tentang `mengerti', sebab kata semacam itu mengandung keterlibatan
pengertian tentang suatu kehadiran yaitu kita boleh dikatakan sebagai meninggalkan gelapnya gua atau terowongan. Tidaklah
jelas padaku bahwa dapat ada hal semacam itu, atau akan tahukah kita kapan datangnya yang demikian itu". 4)
Kata Hawking: "....SAINTIS
bicara "bagaiamana", tak sempat bertanya "mengapa"; Para filsuflah yang melontarkan
pertanyaan "mengapa"; Dalam abad ke-18, para filsuf menganggap seluruh pengetahuan
manusia, termasuk SAINS, sebagai medan mereka. Mereka membahas pertanyaan seperti: apakah jagat raya mempunyai awal? Tetapi
dalam abad ke-19 dan 20, SAINS menjadi terlalu teknis dan matematis bagi para filsuf, atau siapa pun kecuali para spesialis.
Para filsuf
mengurangi begitu banyak lingkup penyelidikannya, sehingga kata Wittgenstein, filsuf terkenal dalam abad ke-20 ini berkata,
`Satu satunya tugas yang tersisa bagi filsafat adalah analisis bahasa'. Alangkah mundurnya ......" 5)
Barangkali analisa arti
kata serta penjelasan pengertian deskripsi itu lebih dari cukup → Filsafat bagai kapal induk peneratas yang meratakan
jalan pendaratan bagi angkatan darat, atau SAINS; Ini cukup, karena SAINS tak mampu.
Katakan definisi `akal' - `mengerti' dan kata kata yang abstrak yang lain, telah dapat didefinisikan tepat, maka bahasa
matematik dan perangkat teknik semiasal mikroskop, jarum mikro, Cobe, dan komputer, barangkali, akan meneratas jalan selanjutnya,
prediksi ilmiah segera teramati dengan mudah !
Sebelum kita beranjak
ke kata kata yang abstrak, atau immaterial, kita contohkan terlebih dahulu pada hal yang material, tampak mata - klasik;
Sebagai pertanyaan: "Dimana
Tini?" sama persis dengan pertanyaan Bab 2, morpologinya → "Dimana akal?" yang SAINTIS milenium-pun tak mampu menjawabnya.
Wunderbar ya, kata Schrὄdinger! Maka akan kita coba dengan yang mudah dengan - dimana si Tini itu; Tini anaknya pak
Karno tetangga disamping rumah; Bisa jadi si Tini menghilang dari rumah ; Entah pergi kemana, mungkin ke desa, ke Jakarta,
ke Sumatera, Kalimantan tak ada yang tahu. Hingga untuk mencarinya perlu kepada polisi dan masyarakat diberikan identitas
dirinya atau data wujut seperti tinggi, berat, potret diri, warna kulit, rambut, umur dan yang lainnya; Selain itu perlu juga
supaya lengkap diberikan identitas perilakunya; Data 3 behavioral objective; 1. cognitip. 2. Afektip. 3. Psikomotor; Inilah
definisi dari Tini.
Definisi `Akal'; Apa
akal itu? :(lih. Apendiks 2.1)" Akal / mind itu terpilah dua 1. akal dari diri (mind of the self) yang performatif dan 2.
Akal metafisika (mind metaphisical substance) yang mengetahui melalui kehadiran, mengarah di seberang dirinya, dari mind ruang
pakum/ REALITAS/ Tuhan"
2.2.1
SUATU GIANT STEPS
1) Perilaku/ tabiat manusia itu dengan perilaku alam telah terpadukan oleh teori HDA;
Teori HDA, Human Dynamical Analogies; Dengan DA - Dynamical
Analogies theory orang memanunggalkan perilaku Listrik - Mekanika - Alam,
karena bentuk MM (Model Matematik/ rumus) -nya sama. Sedang perilaku orang dan alam itu terpadu karena pada garis besarnya
2 hal itu 5 variabelnya; dan kelima variabel alam itu sifatnya sama persis dengan
5 variabel variabel dari manusia; (lih. Apendiks 2.2 !). Harapan Hawking : "KIta belum juga berhasil meramalkan tabiat
perilaku manusia dari persamaan matematik" Sekarang kita telah berhasil untuk
itu! Dan perlu kita tambahkan, yang karena SAINS sekarang sudah terlalu matematis & teknis hingga katakan dengan komputer,
mikro elektrode, EEG & Cobe, gejala dan phenomena yang abstraks maupun gaib baik di dalam otak maupun gejala penomenologis
dapat tergambarkan sebagai kurva kurva atau yang lain yang terinderakan, tampak mata serta setiap orang awam mampu memahaminya.
(2) Deskripsi perilaku orang dengan satu
formula matematik Q = 0,005. h1 (h2.h3) [ Yang Q = qualitas orang; h1
= keikhlasan orang; h2 = amal; h3 = kognitip inteligensi orang, yang ketiganya dapat diukur statistically, dengan kuesioner.]
; Hawking minta maaf, yang dia terpaksa memasukkan satu formula matematik ; E = mc2 dalam bukunya , pada para pembacanya
yang awam; Demikian pula kita, untuk risalah ramalan tabiat manusia dengan matematik ini, memasukkan satu formula matematik
Q = 0,005. h1 (h2.h3) saja, agar dapat menjelajahi keseluruhan tabiat manusia ---- Wunderbar ya! Heboh!
Untuk perilaku di otak
saat orang berpikir memecahkan masalah maka dengan nilai Q yang bervariabel didapatkan Tegangan Listrik bentuk gergaji &
dapat dianalisa dengan tepat & teliti.
Gambar "ikan dendeng"/
jagat raya dalam ruang pakum dan gambar "gergaji" dalam synapses otak; Tak terduga sama sekali, yang kita akan bisa menyibakkan
serta mengexplanasikan; Untuk yang pertama, ikan dendeng → relativitas & kemutlakan - hal hal yang metaphisik, adanya
alam dunia & alam imaginer/ akherat! Sedang yang kedua mengexplanasikan RI = Rasional Integens - EI = Emotional Inteligens, serta - PI = Psikomotor Inteligens, yang saintis manapun masih ragu ragu masuk
apalagi menjelaskannya secara detil, seperti yang dibawah:
Dengan keduanya, pendekatan
dendeng dan graji itu, setiap orang akan mampu menjelajahi hukum hukum `alam & manusia' secara sederhana dan bisa "mengerti"
deskripsi yang rumit itu, karena menggejala secara sederhana. []
Nah datang lagi kata
`mengerti' yang Hubel pun give-up, menyerah ;" Tidaklah jelas padaku ...... akan tahukah kita ... "
Definisi `mengerti',
apa yang dimaksud dengan mengerti suatu hal: Kembali pada identitas perilaku "Tini"
yang persis sama dengan ciri tabiat dari `akal' karena mind itu merupakan self atau diri orang yang performatip; Hingga perlu
analisa dari implikasi 3 kelakuan nyata
tersebut diatas.
2.2.2 DEFINISI “MENGERTI”
" Saat tegangan gergaji dalam neuron memotong garis sumbu
absis adalah saat orang mengerti tentang permasalahan yang dihadapi."!
Perangkat keras akal
itu Otak, sedang piranti lunaknya adalah formula Listrik untuk R-C-L seri dengan input pulsa pulsa:
"Dimana mind/ pikiran
?" Barangkali verifikasi HDA yaitu perilaku pikiran orang yang mengerti dan tidak mengerti yang diabstraksikan/
diperikan model matematik HDA yang cocok dengan pengukurannya (diukur di celah synapses neron oleh saintis USA) merupakan
jawabannya; Jadi "pikiran/ mind" berada di celah synapses neron otak kita !!!!
6)
Dengan verifikasi yang
pin point atau tepat dan teliti tersebut, maka prof. Baiquni dengan berbinar mengiyakan saat saya ajukan/ perlihatkan kepadanya
kedua gambar gigi gergaji itu.
Gambar 5:
Gambar 6: TAK
MENGERTI
Gambar 7: MENGERTI
Gambar 6: Gambar Kurva Tegangan di otak/ neuron saat orang tak mengerti penyelesaian satu masalah → Kurva
tegangan mengikut puncak puncak tegangan gergaji yang tak pernah jadi nol !
Gambar 7: Tegangan di otak saat orang mengerti penyelesaian satu masalah, perhatikan hanya 2 langkah lalu teg.
gergaji menjadi nol, karena Q besar → jadi emosi menjadikan bodoh!
2.2.3
EI - EMOTIONAL INTELLIGENCE VERSUS RI
- RATIONAL INTELLIGENCE
Para yang bijak / Nabi ataupun pengamat jauh seperti Ronggowarsito, juga Stephen Hawking sendiri saat
menemukan paradigma Lubang Hitam, dapat mengerti hingga memformulasikannya itu bukan pendekatan rasional namun suatu pendekatan
dengan ketajaman hati. Kalau saintis jelas dengan pendekatan rasional, hingga mereka dapat mengexplanasikannya secara ilmiah.
Setelah kita dapat memahami arti "mengerti" dari gambar gambar diatas, maka apa arti EI & RI dengan gampang sekali akan
terjelaskan dengan Gambar 6 & 7.
Qualitas Orang →
Q = 1/R √ (L/C) atau Q = 0,005 h1 √(h2 x h3)
Individu tak mengerti
→ Q = 0,0045 → 0,005 x 3 √ ( 3 x 3 ) = 0,045
Mengerti dengan rasio
- RI → Q = 0,5 → 0,005 x 10 √( 10 x 10 ) = 0,5
Mengerti dengan hati
- EI → Q = 0,5 → 0,005 x 33 √ ( 3 x 3 ) = 0,5 , jadi walau
bodoh sekali dengan h3 =3, namun individu itu karena Q nya = 0,5 maka tegangan 15 mV itu dengan serta merta menjadi nol alias
mengerti dia !
Tegangan ERP (event related
potentials) 8 mV dalam dua detik menjadi nol = mengerti!
Dari rumus Q =0,5 →
0,005 x 3 (370 x 3) = 0,5 ini berarti individu bodoh & emosional namun tekun belajar tenis / main bola / menari
atau yang lain asal psikomotor melonjak tinggi maka bisa Q=0,5 alias individu mengerti atau pandai bermain yang ditekuni itu.
2.2.4 MEDITASI TRANSENDENTAL
Psychologist Robert Ornstein
has written: " Tampaknya bahwa satu konsekuensi struktur dari sistem pusat saraf kita adalah bahwa jika kesadaran di batasi
pada sumber stimulasi yang tak berubah, suatu "turning off"- `lepas, gantian' kesadaran dari dunia seberang hadir. Perintah
yang umum untuk meditasi semuanya menggaris bawahi hal ini".7)
Bagaimana suatu meditasi
berhasil. Pada pokoknya, buat - jadikan Q = 0,5 atau lebih besar lagi! Menjadikan h1,2,3
ke 10 itu banyak jalan dibeberkan oleh Ornstein, Bloomfield,
para yang bijak, Nabi Nabi ..... → merenung, berdhikir, gerakan gerakan yang harmonis, berendam di sungai di waktu malam
(kungkum; Jw.), ....... etc. Masalahnya Ruang pakum/ Realitas mau atau berkehendak
memicu, menghadirkan atau tidak? Kalau terpicu → masalah apapun akan terjawab.
Jadikan diri "geleng"
(tidak seperti Frank de Boer atau Kluivert saat penalti URO 2000), atau ber "mental juara" (seperti Zidane cs. bermental juara
seperti Napoleon/ Perancis); Dan ini sulit sekali, karena sebetulnya itu linkage, sambung, ke Realitas, ke kehendakNYA; Diperlukan
suatu praxis standard!
2.3 DIMANA AKAL ?
Selain dalam otak kita
sebagai hardware dari mind; Di mana lagi kita dapatkan itu yang namanya
`akal': (Karena akal itu tak berdimensi ruang & waktu, maka sebetulnya yang ada disana adalah kinerja manipulasinya, bukan
akal itu sendiri)
# Di tanah atau debu;
Kita tahu saat terjadinya binatang ber sel satu, tanah atau debu itu oleh karena adanya catasthrope - tekanan tekanan kritis
dari lingkungannya pada suatu saat tertentu, maka jasad , tanah tadi membentuk semacam kulit pelindung dirinya (Priggogine)
dan akhirnya terjadi jasad hidup - bakteri satu sel itu.8)
Tiga milyard tahun yang
lalu terjadi proses lambat evolusi biologi, yang membawa organisme mulai dari yang paling sederhana sampai ke makhluk seperti
kita - homo sapien.9) (Hawking) → Berarti dari debu menjadi
biologi termasuk manusia dan tumbuh tumbuhan, adalah suatu makhluk hidup yang mempunyai mind.
“M E N G E R
T I”
Gambar Kurva Tegangan di otak/ neuron saat orang tak mengerti penyelesaian satu masalah → Kurva tegangan
mengikut puncak puncak tegangan gergaji yang tak pernah jadi nol !
Tegangan di otak saat
orang mengerti penyelesaian satu masalah, perhatikan hanya 2 langkah lalu teg. gergaji menjadi nol, karena Q besar
→ jadi emosi menjadikan bodoh!
Dengan verifikasi yang
pin point atau tepat dan teliti tersebut, maka prof. Baiquni dengan berbinar mengiyakan saat saya ajukan/ perlihatkan kepadanya
kedua gambar gigi gergaji itu.
# James Jean : " ..... Mekanisme sistem matahari diketahui yang dapat mengitari planit planit secara
teratur seperti apa adanya; Bagi astronom astronom modern itu merupakan suatu hal yang di design. Berarti univers yang ada
ini, direncanakan oleh " Ahli matematik semata" dan ia "mulai terlihat lebih seperti Pikiran Besar ketimbang seperti Mesin
Besar 10).
Kita temukan univers
yang menunjukkan bukti sebagai satu perencanaan atau pengontrolan daya yang sama seperti akal kita .... ada kecenderungan
berpikir dengan cara yang kita gambarkan seperti matematik, satu bahasa yang lebih ketimbang bahsa verbal.
Tuhan berkehendak, mempunyai
akal/ ide, syarat batas No Boundary Condition saat merencana jagat raya (Hawking).
# Mengapa univers tunduk
pada hukum? Karena asas antropik 11)(DR. Phillips -1997).
Univers = entitas biologis
yang mencipta & menyusun dirinya sendiri; Semua biologis - hidup mempunyai mind.12) (Lee Smolin)
Sumber hukum positip
(KUHP) itu alam - budaya - agama (wahyu); Atas dasar sumber itu oleh akal pikiran dibuat menjadi hukum positip tersebut. Demikian
juga hukum alam ini.
Jadi hukum itu (atas
dasar) akal ! Dan karena hukum itu atas dasar akal & univers tunduk pada hukum maka univers itu punya mind.
Wal hasil kita dapatkan
MIND pada Debu - Materi materi univers - Biologi termasuk Homo Sapien - Jagat Raya - dan Tuhan sendiri. → Sederhana,
hanya ini jawaban untuk pertanyaan ke 2 Aristoteles;(Lih. juga Catatan 8)-12), dgn. pendekatan TOE)
Barangkali Jagat Raya itu berdasar atas, berisi, ukuran ukuran standard. Maka kadar, catu catu atau ukuran
standardnya pada tiap hal harus ditemukan (TOE) → Hingga kedepan alam & kita akan hidup selaras. Damai dan Harmonis
! benar tejadi "World Peace" ... (yora/ Jawa; Inshallah/ Arab).
Lihat Apendiks 2.2 ,
seperti h1,2,3 ideal = 10; Q = 0,5; Enersi teralokasikan bagi individu ideal = 3.1018 Joules; Life span individu
= 120 tahun ! ..... etc.
APENDIKS 2.1 :
Keterpaduan ILMU Kealaman
dari Schrὄdinger/ Bohr - Einstein/ Hawking dengan Filsafat Sosial dari Karlina, Descartes, ilmu Hudhuri/ Filsafat Islam
dan Filsafat ; Menghasilkan Definisi "Akal"
Senyatanya,bagaimana satu fakta itu terjadi? Bayangkan, kita mewarnai
kain dengan cet Naptol. Tersedia larutan garamnya, yang tak bewarna, tak seperti warna apapun. Kita ingin (syarat
batas/ kehendak pikiran) membuat warna merah, kain dicelup ke Naptol MR. Lalu digarami! Terjadi Fakta =
kain merah; Naptol KN., HJ., ... akan terjadi Fakta kain kuning, hijau .....
Fakta tergantung kehendak/ pikiran/ akal !
Demikian pula untuk formula
Schrὄdinger; MM Schrὄdinger - yang tak seperti apapun - dimasukkan satu syarat batasnya yaitu syarat batas
1 → terjadi Fakta 1 yang berujut materi; Syarat batas 2 → terjadi Fakta 2 yang berujut
gelombang.
Yang pertama kali
rumus fisika melibatkan kehendak/ akal orang → di tahun 1945 dia menulis buku "What is Life" ; Bukan pertanyaan filsafati
karena dengan rumus fisika & kimia hingga membuka pandora asal muasal kehidupan !
# Sama persis untuk rekayasa jagat raya; Syarat batas 1 = MM Einstein's General Relativity ; Syarat batas
2 = Quantum Cosmology - No Boundary Proposal sebagai kehendak Tuhan; Terjadi Fakta Alam Dunia & Alam Imaginer/
Akherat.
Perhatikan Bohr's
pindah kamar 1 → 2, saat Formula Einstein General Relativity gagal di mikro kosmos maka harus ganti kamar ke quantum
cosmology!
# Peristiwa dalam benak
Mind/ Akal sama juga. Akal yang ingin minum karena aku performatip haus segera diri akan melihat gelas/fakta 1;
Akal yang rindu dengan 2 temannya segera akan lihat 2 orang/Fakta 2
Kamar 1,2 tergabung,
maka merupakan dari gambar yang tak seperti apapun !
# Saya berpikir maka
ada; Bayangkanlah orang yang tidak urut pikirannya, bisa gila, sakit ingatan .. Maka barangkali tak ada orang normal yang
meresponnya, karena dia tak ada!
Menurut Descartes, satu-satunya
kepastian (merupakan embrio `benar mutlak', penulis) itu atas dasar pikiran dan penalaran yang diutarakan dalam ungkapan
"Cogito , ergo sum" - "Saya berpikir maka ada". Akal dan otak terkait satu dengan yang lain meskipun keduanya beda satuan.
Karlina: " Dalam dunia SAINS sekarang telah disadari bahwa ILMU bukan semata mata `dunia yang ada di luar
sana'; Fakta adalah jalinan `aku' atau `diri' dan obyek dunia yang diluar sana - diseberang diri; Maka REALITAS yang
ada di luar diri manusia masih harus selalu kita pertanyakan".13)
Dari uraian diatas kita
dapat menulis: "Jalinan dari REALITAS dan akal/ mind menjadikan REALITAS menggejala menjadi FAKTA".
Barangkali ini jawaban
untuk Bohr → Bohr's; Dia menjelaskan paradox mekanika quantum sebagai
yang melontarkan keterbatasan dasar pada kemampuan akal/ mind untuk mengkonsepkan fakta.
Ilmu Hudhuri/ Filsafat
Islam: Dalam bahasa filsafat pencerahan kesadaran disebut sebagai "pengetahuan dengan kehadiran";
Dasar epistemologi adalah
pada pembedaan antara pengetahuan melalui konsep atau konseptualisasi dan pengetahuan melalui kehadiran. Pembedaan yang cermat
antara pengetahuan yang didasarkan pada konsep di dalam pikiran mengenai sesuatu yang sebenarnya tak hadir dalam pikiran,
dengan pengetahuan yang didasarkan pada sesuatu yang hadir dengan sendirinya dalam pikiran dan yang eksistensinya tak terpisahkan
dari pengetahuan tentangnya;
Dijelaskan lebih jauh
makna emanasi (= dwelling in human mind) dalam kosmologi sebagai berkaitan dengan pengetahuan-hadir Tuhan.
Singkatnya → "Aku"/
mind/ akal, ada dua : 1. Aku performatip/ pelaku. 2. Aku mistik, yang berkenaan
dengan pengetahuan yang "hadir".14)
Filsafat : MIND : (Lat. mens) Mind is used in two principal senses : (a) The individual Mind is the Self or
Subject which perceives, remembers, imagines, feels, conceives, reasons, wills, etc. and which is functionally related to
individual bodily organism. (b) Mind, generically considered, is a metaphysical substance which pervades all individual minds
and which is contrasted with matter or material substance. _ L.W. 15)
AKAL - MIND itu digunakan
dalam dua pengertian : (a) Akal individu itu Diri/ Self atau Subyek yang merasa, mengingat, membayangkan, merasa, menyusun,
menalar, menginginkan, dan yang lainnya dan yang fungsional berkaitan pada organ
tubuh individu. (b) Akal, dipertimbangkan secara umum, adalah satu substansi metafisik yang meliputi semua akal akal individu
dan yang dibedakan dengan materi atau substansi material - diri mistik. L.W.- Ledger Wood.
KEPAMRIHAN/ KEINGINAN
- INTENTIONALITY : Sifat dari kesadaran dimana dengannya merujuk pada atau berkeinginan satu obyek. Obyek atau benda yang
dimaksud tidak perlu barang yang riil atau hadir namun lugas itu yang kinerja
akal beraksi padanya.
Pada Husserl:
1.
(pengertian luas) Karakter sesuatu sebagai berkeinginan atau mengarah
diseberang dirinya: itu yang di seberang diri _ swatransenden.
2.
karakter dari satu obyek selain dari kesadaran itu sendiri sebagai mengarah
diseberang dirinya, misalnya, pada pengalamannya yang nyata atau pada sesuatu
yang dia menunjukkan atau mencirikan: kepamrihan nyata._ D.C. _ Dorion Cairns.
INTELEK - INTELLECT :
Bagian cognitip dari akal sebagaimana dia beroperasi pada abstraksi yang tinggi
dan derajat konseptual. _L.W. St. Agustine membedakan intelek dan nalar.
Keintelekan akan tidak mungkin tanpa nalar. Intelek adalah jiwa-nya. Dia memerintah
jiwa. Kadang kadang sifat intelek dinamakan keintelekan/ inteligensia. Keduanya intelek dan nalar menyatu dalam akal. Nalar
mencari pengetahuan atau ILMU, sedang intelek, yang lebih tinggi, mengarah pada kebijakan, sapientia, atau kontemplasi/ tepekur/
berdhikir pada suatu keabadian, dan terutama Tuhan. J.J.R. - J.J. Rolbiecki.16)
Debat
Einstein - Bohr (John Gliedman 1983) :
Einstein's;
"I dont belive that God play dies with the universe" → Dia tak percaya - tak mau menerima - bahwa hukum alam itu determinan
- orderly - lalu juga indeterminan/ acak acakan - disorder;
Melibatkan orang harus
berkenaan dengan keseluruhan univers bila mencari kausal yang betul dari satu kejadian fisika;
Quantum teori mempostulatkan
semacam pengaruh jarak jauh dari Kembar Siam untuk perilaku partikel subatom → Walau partikel partikel itu berjauhan
separuh diameter jagat raya, dikatakan, partikel partikel itu merespon seketika ulah yang satu dengan yang lainnya;
Alias ada informasi dengan
lintasan melebihi kecepatan sinar, berarti melanggar ketentuan Relativitas Khusus.
Bohr's; Dia menjelaskan paradox mekanika quantum sebagai yang melontarkan keterbatasan dasar pada kemampuan
akal/ mind untuk mengkonsepkan fakta.
Dalam melihat sesuatu,
persepsi penglihatan, suatu pergeseran perhatian sangat sering memicu tanggapan pada gambar yang lain dalam pola yang mendua
- untuk mengubah gambar gelas menjadi dua profil atau dua kepala menjadi satu
piala → Seperti dalam fisika quantum sifat mendua gelombang & partikel;
Dalam SAINS memang teori
quantum bercacat, tak ada penjelasan apapun untuk mengapa individu partikel subatom berperilaku seperti itu, dan quantum menggabungkan
cacat/ pengabaian itu hingga menjadikan baurnya batas antara apa yang kita ketahui tentang reality (=FAKTA, fakta itu
jalinan dari `self'/ `diri' dan dunia diseberang atau REALITAS; lih. Karlina's) dan reality itself (= ruang pakum/
REALITAS).
Ini cukup bagi Einstein
untuk menolak teori quantum, meskipun bahkan dia menerima serta menghargai bahwa ia/ quantum
itu satu mesin peramal yang fantantis ketepatannya.
Teori quantum memakai
mesin ini dalam pengukurannya, SAINTIS harus menerima bahwa kausalitas dan objective reality (=kebenaran mutlak, lih.definisi
dibawah!) tak mempunyai tempat dalam fisika atom.
Teori quantum adalah
yang terbaik yang penalaran orang dapat melaksanakan - bila dikonfrontasikan dengan lingkup atom - oleh semacam Tembok Besar
Cina yang ILMIAH - satu batas permanen ke pengertian baru tentang fakta fisika. ....
Sepanjang keterbatasan
penalaran orang diperhatikan, "Tidak ada dunia quantum. Yang ada hanyalah satu abstraksi dari deskripsi fisika quantum.
Salah untuk berpikir
bahwa tugas fisika itu menemukan bagaimana alam itu. Fisika berkaitan dengan
`apa yang dapat kita katakan tentang Alam'; ....
"Einstein itu tak mau
berpikir (bahwa alam itu ber azas Antropik, orang melihat alam seperti apa adanya, penulis) dia itu hanya berlogis logis saja!"
Pada hal hanya diluar lingkup atom/ quantum, logika standard berlaku. .....
Einstein berseru lagi:
" Filsafat Penenang Bohr-Heisenberg - atau kaidah agama? - yang begitu halus direncanakan, dalam pada itu, ia/hal itu melengkapi bantal empuk bagi para mukmin (agamawan yang betul) hingga ia sangat sulit
untuk dibangunkan .... namun agama, dalam hal ini, mempunyai teramat sangat (damn) sedikit pengaruh padaku." Pada akhirnya
Einstein memaksa kita/ Bohr harus milih untuk meninggalkan salah satu dari pengesahan yang berikut;
1. Quantum mekanik telah menyeluruh,
telah finish/ jumbuh.
2. Keadaan senyatanya dari obyek
obyek yang terpisah dalam ruang itu bebas satu dan yang lainnya → dengan lain kata, jika anda percaya bahwa teori quantum
telah komplit/ menyeluruh, maka anda harus terlibat mempercayai bahwa masalah fisika biasa harus selalu dikaitkan ke Holism/ REALITAS (= ruang pakum!; penulis). Paul Dirac meramalkan bahwa determinan Einstein
itu yang betul akhirnya.17) []
Namun barangkali dari data dalam Apendiks I ini kita dapat memberikan jawaban sebagai berikut: Dengan mind/ akal semua orang setelah - ILMU Kealaman jumbuh - terpilahnya jagat raya
dan ruang pakum atau REALITAS yang absolut besarnya, yang mampu mensuplai enersi/ materi yang tak terbatas pula, yang tak
seperti apapun, yang tak ada Realitas selain REALITAS itu sendiri → maka barangkali SAINTIS - termasuk orang awam -
mampu menemukan dan mendefinisikan Tuhan dengan pendekatan ILMIAH !
Dari formula Schrὄdinger
dan Karlina, kita dapatkan : "Jalinan dari REALITAS dan akal/ mind menjadikan REALITAS menggejala menjadi FAKTA";
Dari ilmu Hudhuri &
Filsafat Akal kita dapatkan definisi AKAL: " Akal/ mind itu terpilah dua 1. akal dari diri (mind of the self) yang performatif
dan 2. Akal metafisika (mind metaphisical substance) yang mengetahui melalui kehadiran, mengarah di seberang dirinya, dari
ruang pakum/ REALITAS/ Tuhan;
Bersama sama dengan Hawking's
univers (Dendeng) yang melayang dalam REALITAS → kita sebagai SAINTIS dapat mengerti makna inspirasi atau ulah orang
yang bisa hadir dari Tuhan → sesuatu masalah fisika harus dikaitkan ke Holism/ Tuhan itu bukan masalah lagi di milenium
kita ini! Dan dengan begitu memang Quantum Mekanik itu telah menyeluruh.
Le Comte du Noὕoy
menekankan bahwa "Order is born from disorder" itu harus menjadikan tahu baik SAINTIS maupun awam untuk diterima (Antropik)
→ yang Einstein bersikeras tak mau menerima . Bagaimanapun oleh karena semuanya "order" berarti ramalan Paul Dirac bahwa
determinan Einstein itu yang betul memang juga kenyataan! 18)
Dan pijakan ke Holism/
REALITAS/ yang mutlak itu akan menjadikan orang mampu mendefinisikan Kebenaran Mutlak & Relatip; "Sepanjang sesuatu merujuk
berpijak pada REALITAS itu benar mutlak, sepanjang rasionalitas cocok dengan fakta itu benar relatip".
Dengan catatan yang pertama
itu "open law" melingkup yang kedua juga; Jika rasionalitas berciri huduri, datang dari REALITAS, maka itu kebenaran mutlak.
APENDIKS 2.2 : HUMAN DYNAMICAL ANALOGIES:
SUATU GIANT STEPS : (1) Perilaku/ tabiat manusia itu dengan perilaku alam telah terpadukan oleh teori HDA;
→ Teori HDA, Human
Dynamical Analogies; Dengan DA - Dynamical Analogies theory orang memanunggalkan perilaku Listrik - Mekanika - Alam, karena bentuk MM (Model Matematik/ rumus) -nya sama. Sedang perilaku
orang dan alam itu terpadu karena pada garis besarnya 2 hal itu 5 variabelnya; dan kelima variabel alam itu sifatnya sama
persis dengan 5 variabel variabel dari manusia;
Rollo Handy, 1964: "The
discovery .... Penemuan suatu analogy antara kelakuan manusia dan kelakuan dari system-system yang lain (apakah itu komputer,
sisitem solar, meteorologi ...) menjadikan
penyelidik & pemeriksa begitu yakin bahwa langkah maju revolusioner telah dilakukan atau sedang dijalankan. HIPOTESA
.... VERIFIKASI DARI HDA: Dari riset pengamatan hingga ditemukan, yang
alam & manusia mempunyai 5 var. yang bersifat persis sama; Dibuat Hipotesa;
Di deduksikan apa ada
konsekuensinya? Then, di verifikasi apakah MM cocok dengan pengukuran tegangan gergaji di synapses; Perilaku sirkit Listrik
(yang sama dengan tabiat manusia) ini pernah dicoba akan dijelaskan dengan perilaku elektron/ Quantum oleh seorang saintis,
namun tak mungkin dia dapat!; Dengan trik MM statistik modern → Nilai rata rata tegngan emosional dari formula AC kita
persamakan dengan yang dengan pendekatan DC, tak terduga ditemukan nilai Tegangan masalah terkecil EH = 2 V; Hingga
kita bisa menghitung nilai besaran yang lain secara nyata. Lihat nilai dari ukuran ukuran standard dari HDA pada Gambar 8;
Sejak zaman dahulu kala,
ribuan tahun sebelum Masehi yaitu zaman
Yunani, filsuf & psikolog telah menggunakan 3 pembagian; kelakuan
nyata cognitip, psikomotor
& afektip.
Kelakuan nyata
psikomotor/ `H_2` mempunyai pengertian
dasar mengeluarkan yang dia miliki yang dapat ternyatakan dalam bermacam macam kelakuan nyata; aktif beramal/ `h_21`,
mengajar kebenaran/ `h_22`, tak omong kosong/ `h_23`, menetapi janji/
`h_24` , berzakat/ `h_25`, rame gawe/
`h_26` , tak merusak/ `h_27`, tak munafik/
`h_27`, tak mencuri/ `h_29`, tak berzina/ `h_210`
.........bisa dilanjutkan ...
Kelakuan nyata
afektip / `h_1`=`H_1 mempunyai pengertian bahwa individu menerima adanya
permasalahan yang merangsangnya; dengan indikator indikator yang bisa kita temui sebagai: iman/ `h_11` , sabar/ `h_12`, berdoa/
salat/ `h_13` , tak egois/ `h_14`, kasih/ `h_15`, tak berlebihan/ `h_16`, tak sombong/ `h_17`, tak munafik/ `h_18`, tak mencuri/ `h_19`, tak berzina/ `h_110` .......
Kelakuan nyata cognitip yang mempunyai arti dasar individu cenderung menolak adanya masalah atas dasar potensi keduniaan yang ada
padanya; Dan keduniaan/sulton
terbagi menjadi 5 macam yaitu : ilmu/ `S3_1`,
kekayaan/ `S3_2`, kekuasaan/ `S3_3`, teman/ `S3_4`, fisik sehat/ `S3_5`, dan
potensi ini oleh individu dimengerti/di hitung dan disimpan dalam memori di
otak = potensi cognitip. Yang diatas kita resumekan dalam Tabel 1. dibawah:
Pada tahun 1875 dibuat
orang standard besaran panjang "1meter ". Dan sekarang kita buat standard besaran untuk level ikhlas(`h_1`), level amal (`h_2`) dan level sulton (`h_3`). Untuk
orang ideal, orang yang menjadi idaman/teladan tiap orang karena sifat dan potensinya, akan dinilai 10 untuk `h_1`,``h_2`,``dan``h_3`-nya. Dan ketiganya dinilai 1 bagi kebalikan orang ideal atau orang yang paling jauh dari
ideal. Jadi gambaranya untuk seluruh manusia akan
menempati kedudukan tertentu
dalam kontinum 0-10 atau nilai `h_1`,``h_2`,``dan``h_3` nya terletak dalam selang 0-10.
Dengan mengukur `h_1`,``h_2`,``dan``h_3`
dalam standard kelakuanmanusia yang kita buat maka akan ditemukan;
`Q~=~5.10^{-3}``h_1``sqrt{h_2``.``h_3}`
BERHITUNG DENGAN Q SESEORANG:
`Q``=``5.10^{-3}``h_1``sqrt{h_2`.``h_3`},misalkan
‘h_1``=``h_2``=``h_3``=10`
Q = 0,005 x 10 x `sqrt{10`X`10}``=``0.5
Q = 0,005 x 2 x `sqrt{~`2``X``2} = 0,02 ; `h_1``=``h_2``=``h_3``=``2
Gbr.8; Q = 0,005 . 5√(5x5)
= 0,125 ; h1=h2=h3=5
Tabel 1.
`h_1`=`{r_id}over{r_h}`10 |
{`ikhlas~/~{r_h}^{-1}``level}over{menerima~masalah}
|
`h_2=`{c_id}over{c_h}`10 |
{~~amal~/~{c_h}^{-1}~level}over{mobilisasi~sulton} |
~~1.~h_11 |
percaya/
i m a n |
~~1.~h_21 |
aktiv b e r s o s i a l |
~~2.~h_12 |
s
a b a r/ tak emosi |
~~2.~h_22 |
mengajar
kebenaran |
~~3.~h_13 |
berdoa/
s h a l a t |
~~3.~h_23 |
tak o m o n g k o s o n g |
~~4.~h_14 |
altruism/
tak egois |
~~4.~h_24 |
menepati j a n j i |
~~5.~h_15 |
k
a s i h |
~~5.~h_25 |
b
e r z a k a t |
~~6.~h_16 |
tidak
berlebihan |
~~6.~h_26 |
r
a m e g a w e |
`~~7.~h_17 |
tidak
s o m b o n g |
~~7.~h_27 |
tidak m e r u s a k |
~~8.~h_18 |
tidak m u n a f i k |
~~8.~h_28 |
tidak m u n a f i k |
~~9.~h_19 |
tidak m e n c u r i |
~~9.~h_29 |
tidak m e n c u r i |
~10.`h_{110}` |
tidak b e r z i n a |
~10.`h_{210}` |
tidak b e r z i n a |
~E_{pH1}`:`e_{h1}` |
aktifitas a f e k s i |
`E_{pH2}:~e_h_2 |
aktifitas psikomotor |
`h_3`={l_h}over{l_id}`10 |
{~~~`level~sulton/~l_h}over{menolak~masalah} |
{potensi}over{sulton/~S3}
|
|
~~1.~h_31 |
ilmu / pengetahuan |
~~~S3_1 |
|
~~2.~h_32 |
k e k a y a a n |
~~~S3_2 |
|
~~3.~h_33 |
k e k u a s a a n |
~~~S3_3 |
|
~~4.~h_34 |
t e m a n |
~~~S3_4 |
|
~~5.~h_35 |
fisik s e h a t |
~~~S3_5 |
|
~E_{pH3}`:`e_{h3} |
aktifitas c o g n i s i |
|
|
Gbr. 8 ; Q = 0,005 x
2 x Q = 0,005 x 5 x `sqrt{`~5``X``5} = 0,125 ; `h_1``=``h_2``=``h_3``=``5 ♥.
DEFINISI "BAIK" : "Semua perilaku yang mempertinggi Q itu baik & sebaliknya yang merendahkan Q itub buruk, dengan catatan
Qmax = 0,5
♥. DEFINISI "MENGERTI"
" Saat tegangan gergaji dalam neuron memotong garis sumbu absis adalah saat orang mengerti tentang permasalahan yang dihadapi." !
♥. DEFINISI "TAQWA"
: "Orang yang taqwa yaitu orang yang amal (h2)
dan ikhlas-nya (h1) tinggi" ::
(92/17-21)
♥. DEFINISI
"SULTON" (55/33): ilmu (10/68) / kekayaan (69/28) /
kekuasaan (17/33) / teman (34/21) / fisik (17/33) .......... .. /
- berarti dan atau !
♥. DEFINISI "QUALITAS"
" Orang yang terjelek adalah orang yang h1, h2 dan h3 -nya terrendah, hi=1, Q-nya terrendah = 0,005" ,yang terbaik Q-nya =0,5 ,
rumus qualitas: `Q~=~5.10^{-3}~h_1``sqrt{h_2``.``h_3}
Qorang = 0,02 0,045 0,08 0,125 0,180 0,320 0,500
`h_1``=``h_2``=``h_3`=
2 3
4 5
6 8
10
Barangkali sekarang anda
telah siap untuk memahami gambar kurva HDA:
REFERENSI:
1. "Thet", The Theory
of HDA; Taufik Rusdi (1987); Superfised by Prof. Baiquni ; 1700 pages, 1000 pages in mathematical formulae ; more than 100
book referred;
2. The Mind of God -
Paul Davies ; 1992
3. Scientific America
- 1979 And many others.
C A T A T A N
). Bertrand Russell,
1965 , p. 221;
Atau dari: Syafi'i Maarif,
Perspektif Islam dalam Pembangunan Bangsa, PLP2M, Yogyakarta, 1987, p. 218.
"Not only will men
of science have to graple with science that deal with man - but, and this is a far more difficult matter - they will have
to persuade the world to listen to what they have discovered. If they can not succeed in these difficult enterprise, man will
destroy himself by his halfway cleverness. I am told that, if he were out of the way, the future would lie with rats. I hope
they will find it a pleasent world, but I am glad I shall no be there."
2). Stephen Hawking,
Riwayat Sang Kala , Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
, 1999, p. 1.
Seorang ilmuwan terkenal
(Bertrand Russell menurut sementara orang) pernah berceramah kepada masyarakat umum mengenai astronomi. Ia memerikan (mendeskripsikan)
bagaimana bumi beredar mengitari matahari, dan bagaimana matahari selanjutnya beredar mengitari pusat kumpulan sejumlah besar
bintang yang disebut galaksi. Pada akhir ceramah, seorang nenek di barisan belakang berdiri dan berkata, " Apa yang anda uraikan itu omong kosong. Sebenarnya dunia ini piring rata yang terletak di atas punggung
kura kura raksasa." Ilmuwan itu tersenyum menang, lalu menjawab, "Lalu kura kura itu berdiri di atas apa ibu?" "Kau sangat cerdik orang muda, benar benar cerdik," kata nenek itu. "Sampai ke bawah pun semuanya
kura kura!"
3). J.P. Mc Evoy and
Oscar Zarate, Stephen Hawking for Beginners, Icon Book Ltd., Cambridge,
1995, p. 165
The anthropic principle
is a quasi-metaphysical notion which implies that, if a particular universe does not take on fundamental constants of Nature,
which allow for the existance of life and the development of intelligence, there will never be anyone to report its properties.
That is why our Universe seems so right to us. it's tuned perfectly. Althouh many scientist rubbish this idea, no less an
authority than Nobel Laureate Steven Weinberg (who wrote the seminal book on the early universe, The Last Three Minutes)
believes that quantum cosmology provides a contexts in which the anthropic principle becomes simple common sense. The most
probable universe is the one that we're in ! As Voltaire's absurd philosopher Pangloss keeps telling Candide, "We live
in the best of all possible worlds"
4) David H. Hubel "A
Scientific American Book", The Brain, (September 1979), Vol: ...., p. 3.
Can the brain understand
the brain?
Can it understand
mind? ......
I think the difficulties
with questions such as these are semantic. They are loaded with words such as "understand" and "mind", useful words for many
purposes but fuzzy at the edges and out of place when they are applied to questions such as these, which they render either
meaningless or unanswerable.
The brain is a tissue.
It is complicated .... they function according to the laws that govern any other cells. Their electrical and chemical signals
can be detected, recorded and interpreted, and .... the connections that constitute
the brain's woven feltwerk can be mapped. In short, the brain can be studied, just as the kiney can.
The problem comes
when we ask about understanding, because such a word carriers with it the implication of a sudden revelation or dawning, the
existance of a moment when we might be said to leave the darkness of the tunnel. It is not clear to me that there can be such
a moment, or that we will know when
it comes.
5). Stephen Hawking,
Riwayat Sang Kala , Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
, 1999, p. 188.
Sampai sekarang, kebanyakan
ilmuwan terlalu sibuk mengembangkan teori baru yang menguraikan apakah jagat raya itu sehingga tidak sempat bertanya
mengapa. Di pihak lain yang urusannya melontarkan pertanyaan mengapa, yaitu para filsuf, tidak mampu mengejar kemajuan
teori keilmuan. Dalam abad ke-18, para filsuf menganggap seluruh pengetahuan manusia, termasuk sains, sebagai medan mereka. Mereka membahas pertanyaan seperti : apakah jagat raya mempunyai awal? Tetapi
dalam abad ke-19 dan 20, sains menjadi terlalu teknis dan matematis bagi para filsuf, atau siapa pun kecuali para spesialis.
Para filsuf mengurangi begitu banyak lingkup penyelidikannya, sehingga Witgenstein , filsuf terkenal dalam abad ke-20 ini
berkata, "Satu satunya tugas yang tersisa bagi filsafat adalah analisa bahasa." Alangkah mundurnya filsafat dibandingkan dengan
tradisi besar Aristoteles sampai Kant.
6) Eric R. Kandel "A Scientific American Book", The Brain, (September 1979), Vol: ., pp. 29; 38.
Many neurobiologists
believe that the unique character of individual human beings, their disposition to feel, think, learn and remember , will
ultimately be shown to reside in the precise patterns of synaptic interconections between the neurons of the brain.
Although certain higher
mental activities are characteristic of the complex brains of higher animals, it is now clear that elementary aspects of what
are regarded as mental processes can be found in the activity of just a very few neurons. It will therefore be interesting
both phylosophically and technically to see to what degree complex forms of mentation can be explained in terms of simpler
components and mechanism. To the extent that such reductionist explanations are possible it will also be important to determine
how the units of this elementary alphabet of mentation are combined to yield the language of much more complex mental process.
The Mind is not material
substance; It has no dimension of space - time. So it is not correct to say that the mind resides in the precise pattern
of synaptic interconnections between the neurons. Probably we can say that the mind manipulates thinking process there!
7) Robert Ornstein (&
Claudio Naranjo) , On the Psychology of Meditation, A Viking Compass Book, New
York, 1972; p.
8) Marilyn Fergussen,
The Aquarian Conspiracy, Granada,
Great Britain , 1982, pp.25;175,176,177,178
# 1980 Penemuan - Prigogine's
Transformation yang orang mampu menjelaskan bagaimana Tuhan membuat manusia dari tanah
# Supaya kita tahu dengan
benar dengan pendekatan keseluruhan itu maka perlunya verstehen, yaitu, melihat jalan proses Prigogine transformation dari
terjadinya manusia, dalam 4 maqom, yang bermula dari tanah ......... 700gr otaknya lalu
bertransformasi menjadi 1300 gram bobotnya ....... homosapiens ini di tahun 1000 BC pernah bertransformasi menjadi "peradaban
yang terindah dari sepanjang zaman", due to ketaqwaan/ return mereka, ..... di akhir abad XX → 2 syarat; pengetahuannya
menjadi jumbuh hingga tahu ajaran agama/Quran walau paradox dan dalam pergolakan yang tercepit, stres kritis (Nur, 55) maka
seluruh umat manusia akan bertransformasi menjadi insan kamil - manusia ideal! Yang tertinggal - tidak mau karena egois ,
hatinya culas/ jelek, mati dia atau menjadi fasek, manusia bubrah!
Prigogine, who won
the 1977 Noble Prize for a theory that describes transformation, not only in the physical sciences but also in society - the
role of stress and `perturbations' that can thrust us into a new, high order : " We are at a very exciting moment in history,
perhaps a turning point."
It is possible that
we too are expressing a collective need, preparing for an evolutionary leap? Physicist John Platt has proposed that humankind
is now experiencing an evolutionary shockfront and `may emerge very quickly into co-ordinated forms such as it has never known
before .... implicit in the biological material all along, as surely as the butterfly is implicit in the cartepillar.'
When the puzzles and
paradoxes cry out for resolution, a paradigm is due. Fortunately, a deep and powerful new explanation for rapid evolution
- biological, cultural, personal - is emerging.
The theory of dissipative
structures may prove as important a break-through to science in general as the theories of Einstein were to physics - the
missing link between living systems and the apparently lifeless universe in which they arose.
Prigogine's theory
resolves the fundamental riddle of how living things has been running uphill in a universe that is supposed to be running
down. And the theory is immediately relevant to every day life - to people. It offers a scientific model of transformation
at every level. It explains the critical role of stress in transformation - and the impetus towards transformation inherent
in nature!
As we shall see, the
principles revealed by the theory of dissipative structures are valuable in helping us understand profound change in psychology,
learning, health, sociology, even politics and economics.
First, let's look
again for a moment at the way in which nature is saturated with order and alive with pattern; flowers and insect colonies,
cellular interactions, pulsar and quasar stars, the DNA code, biological clocks, the symmetrical exchange of energy in the
collision of subatomic particles, memory patterns in human minds.
Next, remember that
a deep level of nature, nothing is fixed. These patterns are in constant motion. Even a rock is a dance of electrons.
Some form in nature
are open system involved in a continuous exchange of energy with the environment. A seed, an ovum, and a living creature
are all open systems. There are also human-made open system. Prigogine gives the example of a town: it takes in energy from
the surrounding area (power, raw materials), transform it in factories, and returns energy to the environment. In closed
systems, on the other hand - examples would be a rock, a cup of cold coffee, a log - there is no internal transformation
of energy.
Prigogine's term for
open system is dissipative structure. That is , their form or structure is maintained by a continuous dissipation (consumption)
of energy. Much as water moves through a whirlpool and creates it at the same time, energy moves through and simultaneously
forms the dissipative structures. A dissipatives structure might well be described
as a flowing wholeness. It is highly organized but always in process.
Now think about the
meaning of the word complex ; braided together. A complex structure is connected at many points and in many ways. The
more complex a dissipative structure, the more energy is needed to maintain all those connections. Therefore it is more vulnerable
to internal fluctuations. It is said to be `far from equilibrium'
Because these connection
can only be sustained by a flow of energy, the system is always in flux. Notice the paradox; the more coherent or intricately
connected the structure , the more unstable it is. Increased coherent means increased instability! This very instability
is the key to transformation . The dissipation of energy, as Prigogine demonstrated by his elegant mathematics, creates
the potential for sudden reordering.
The continous movement
of energy through the system results in fluctuations; if there are minor, the system damps them and they do not alter its
structural integrity. But if the fluctuations reach a critical size, they `perturb' the system. They increase the number of
novel interactions within it. They shake it up. The elements of the old pattern come into contact with each other in new ways
and make new connections. The parts reorganize into a new whole. The system escapes into a higher order.
The more complex or
coherent a structure, the greater the next level of complexity. Each transformation makes the next one likelier. Each new
level is even more integrated and connected than the one before, requiring a greater flow of energy for maintenance, and is
therefore still less stable. To put it another way, flexibility begets flexibility. As Prigogine said, at higher levels of
complexity, `the nature of the laws of nature changes.' Life `eats' entropy. It has the potential to create new forms by allowing
a shake up of old forms.
The elements of a
dissipative structure co-operate to bring about this transformation of the whole. In such a shift, even molecules do not just
interact with their immediate neighbours, Prigogine noted, `but also exhibit coherent behavior suited to the [needs of] the
parent organism.' At other levels, insects co-operate within their colonies, human beings within social forms.
One recently reported
example of a new dissipative structure occured when bacteria were placed experimentally in water, a medium in which this strain
was unaccustomed to live. They began to interact in a highly organized way that enabled some of their number to survive.
The Zhabotinskii reaction,
a dissipative structure in chemistry, caused something of a sensation among chemist in the 1960s. In this dramatic example
of nature creating patterns in both space and time, beautiful scroll-like forms unfold in a solution in a laboratory dish
while the colours of the solution oscillate, changing from red to blue at regular intervals. Similarly, when certain oils
are heated, a complex pattern of hexagons appears on the surface. The higher the heat, the more complex the pattern.
These shifts are sudden and non linear. Multiple factors act on each other at once. → [ These are the analogy of when the very strong forces, cathasthrope, act upon a clay or sand, result in the
more complex molecules in a sudden and non linear shift, similar as the skin af the one cell bacteria].
At first the idea
of creating new order by perturbation seems outrageous, like shaking up a box of random words and pouring out a sentence.
Yet our traditional wisdom contains parallel ideas. We know that stress often forces sudden new solutions; that crisis often
alerts us to opportunity; that the creative process requires chaos before form emerges; that individuals are often strengthen
by suffering and conflict; and that societies need a healthy airing of dissent.
Human society offers
an example of spontaneous self-organization. In a fairly dense society, as individuals become acquainted with others, each
soon has more points of contact throughout the system via friends and friends of
friends. The greater the instability and mobility of the society, the more interactions occur. This means greater potential
for new connections, new organizations, diversification. Much as certain cells or organs in a body specialize during the course
of evolution, people with common interests find one another and refine their speciality by mutual simulation and exchange
of ideas. ....
Critical perturbations
- `a dialectic between mass and minority' - can drive the society to `a new average'. Societies have limited power of integration,
he said. Any time a perturbation is greater than the society's ability to `damp' or repress it, the social organization will
(a) be destroyed, or (b) give way to a new order.
9) Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala , Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
, 1999, p. 135.
.... tata surya kita yang usianya sekitar 5 milyard tahun. Satu atau dua milyar tahun yang pertama bumi
terlalu panas untuk perkembangan apa pun yang rumit. Tiga miliar tahun sisanya digunakan untuk proses lambat evolusi biologi,
yang membawa organisme mulai dari yang paling sederhana sampai ke makhluk yang mampu mengukur waktu balik sampai ke dentuman
besar.
10) Paul Davies, The MInd of God , The Penguin Book, London,
1993, pp. 202-203.
..... Although the origin of the solar system is not well understood, mechanism are known to exist that
could arrange the planets in the orderly manner that we find them. Nevertheless, the overall organization of the universe
has suggested to many a modern astronomer an element of design. Thus James
Jeans, who proclaimed that "the universe appears to have been designed by a pure mathematician" and it "begins to look more
like a great thought than like a great machine" also wrote: We discover that the universe shows evidence of designing or controlling
power that has something in common with our own individual minds - not, so far as we have discovered, emotion, morality, or
aesthetic appreciation, but the tendency to think in the way which, for want of a better word, we described as mathematical.
11) Tim CIMM, Millenium
Evening - Stepheh Hawking , Mizan, Bandung , 1998, p.
129-130.
Tanya Jawab III
Daniel Manilow: "
.. Mengapa alam semesta memenuhi hukum?
Dr. Phillips (Ahli
Fisika Nobel Laureate 1997): " Ini pertanyaan yang sangat bagus. Saya betul betul berharap saya punya jawaban yang bagus pula.
Sayangnya tidak. Pertanyaan seperti itu telah mengganggu para saintis, ahli filsafat, dan ahli teologi selama berabad abad.
Pertanyaan itu benar benar mengagumkan.
Semua yang dibicarakan
Profesor Hawking sesungguhnya dapat dinyatakan dalam sejumlah kecil persamaan matematika yang relatif sederhana, kemudian
diikuti oleh banyak persamaan yang rumit. Mengapa alam mengikuti persamaan matematika? Orang telah berspekulasi tentang hal
ini. Satu jawaban yang mungkin adalah, jika alam berbeda dari yang sekarang ada, maka kita tidak akan berada di sini. Yaitu
jika alam tidak sebagaimana adanya, dan tidak ada hukum bagi alam, maka tidak mungkin bagi kehidupan untuk berevolusi. Tidak
mungkin bagi kita (makhluk hidup) untuk mengalami evolusi sedemikian hingga bisa mengajukan pertanyaan tersebut.
12) Paul Davies, The
MInd of God , The Penguin Book, London, 1993, pp. 173;
221-2.
13) Tim CIMM, Millenium
Evening - Stepheh Hawking , Mizan, Bandung , 1998, pp.
19.
Karlina: Dalam dunia
sains sekarang telah disadari bahwa ilmu pengetahuan bukan semata mata "dunia yang ada di luar sana". Dengan kata lain, seluruh alam semesta (=fakta, penulis) itu adalah jalinan antara
subyek "Aku" sebagai pemaham dan obyek dunia yang ada di luar sana.
Implikasinya, sains
dipandang sebagai suatu konstruksi yang bersifat epistemologis, bukan ontologis. Pengetahuan kita tentang alam bukanlah
alam itu sendiri, melainkan pemahaman "Aku" mengenai alam. Kita tetap melihatnya sebagai sebuah persepsi. Sedangkan realitas
yang ada di luar diri manusia masih harus selalu kita pertanyakan. Dan manakala subyektivitas dilibatkan, maka pendekatan
kuantitatif tidak dapat dipegang sepenuhnya. Karena subyektivitas itu berubah-ubah. Saya kira kalau sains berpegang pada pemahaman
ini, sains akan berbicara dalam bahasa kemanusiaan . Sains dengan wajah manusia
14) Hamdani ,Ilmu
Khudhuri, Mizan, Bandung, 1980, p.
15) Dogobert D. Runes,
Dictionary of Philosophy, Littlefield, Adams & CO, Paterson, New Jersey
, 1963, p. 198.
16) Ibid., pp. 147-148.
17) John Gliedman, "Einstein
- Against the Odds: The Great Quantum Debate" Science Digest, (June 1983);
pp. 74 - 80 , 109.
Einstein:
.... As far as quantum theory is concerned, God roll dice, but every subatomic particle rolls a pair of loaded
dice every time it decides on manifesting itself at a definite position or with a definite momentum. Einstein could have lived
with quantum theory's see saw treatment of position and momentum but for the fact that it ruled out determinism in the atomic
realm, and Einstein refused to abandoned determinism.
.... And still Einstein persevered in his lonely combat against quantum theory. Increasingly he began to
emphasize that quantum theory challenges another fundamental scientific belief about reality. It implies that you may have
to take virtually the whole universe into account when seeking the true causes of a physical event. Einstein said you didn't
have to.
Quantum theory postulates
a kind of long-range Siamese twin effect whenever two subatomic particles collide and then go their different ways. Even when
the particles are halfway across the universe from each other, it says, they instantaneously respond to each other's action.
And in so doing, they violate relativity's ban on faster-than-light velocity.
Bohr interpreted the quantum mechanical paradoxes are reflecting basic limits to the mind's ability
to conceptualize reality. In visual perception,a shift of attention is often enough to trigger perception of the other figure
in the ambigious pattern - to change the face into two profiles or the beautiful young women into an old crown. In quantum
physics, according to Bohr, a shift in the scientist's experimental setup achieves a somewhat analogous change in his "perception"
of a subatomic particle. In one experimental arrangement, the physicist "sees" a particlelike electron; in another setup that
is complementary, he "sees" a wavelike electron.
Judged by the traditional
criteria of science, quantum theory was indeed fatally flawed. It provided no explanation whatever for why individual subatomic
particles behave as they do, and it compounded this omission by dissolving the
clear line between what we know about reality and reality itself (reality = facts, while reality itself is REALITY
= Vacuum Space = GOD → TOE !). This was enough to cause Einstein renounce quantum theory even though he acknowledged
that it was a fantastically accurate prediction machine.
Bohr's positivism
led him to draw the opposite conclusion; since quantum theory uses only those concepts that can be defined through subatomic
masurements, scientist must accept the fact that undefineble concepts such as causality and objective reality have no place
in atomic physics. Quantum theory is the best that human reason can do when confronted in the atomic domain by a kind of scientific
Great Wall of China - a permanent barrier to new human understanding of physical reality.
...
As far as man's limited
reason is concerned,"There is no quantum world . There is only an abstract quantum physical description. It is wrong to think
that the task of physics is to find out how nature is. Physics concerns what we can say about nature."
One can almost hear
Bohr saying to Einstein what he once said to his son in a discussion about physics: "You are not thinking ; you are merely
logical" .. Einstein was trying to think logically about phenomena that resist ordinary logic.
Undaunted, Einstein
wrote to his friend the phyicist Erwin Schrodinger (who shared Einstein's skepticism even though he was one of the new theory's
principle architects) that "The Heisenberg-Bohr tranquilizing philosophy - or religion? - is so delicately contrived that,
for the time being , it provides a gentle pillow for the true believer from which he cannot very easily be aroused ......
But this religion has .... damned little effect on me.
"
.... Thus wrote Einstein, the EPR pradox forces us to relinquish one of the following assertion:
1. The quantum
mechanical description of atomic behavior is complete
2. The real states
of spatially separated objects are independent of each other. In other words, if you believe that quantum theory is complete,
you're stuck with its incredibly subversive holism.
Even today the overwhelming
majority of physicist don't concern themselves with the phylosophical issues raised by quantum theory. Relatively few
among the more phylosophically inclined minority joint Einsteinin concluding that quantum theory is incomplete on account
of its baffling holism. Still, these phylosopher - physicists' attempts to trace the implications of quantum holism for our
picture of reality is closer to the spirit of Einstein's stubborn search for atomic insight than Bohr's austere renunciation
of even the hope of someday understanding quantum phenomena. And in recent years - as dissent from Bohr's still orthodox interpretation
of quantum theory has slowly grown - a few scientists, like the Nobel Laureate P.A.M. Dirac, have begun to wonder aloud
if Einstein may yet be proved right. "It seems clear that the present quantum mechanics is not on its final form", said Dirac
in 1979. He added :"It might very well be that the new quantum mechanics will have determinism in the Einstein wanted ........
I think it is .....quite possible that Einstein will turn out to be correct.
These writing above was
at the year of 1983. And these NOTE was written at 17 August 2002, or, after this book is finished; It means that they represent
a wholeness approach or TOE approach.
TOE approach: 1. If you believe that quantum theory is complete, you're stuck with its incredibly subversive holism.
On the problem of what
is matter, TOE has explained that
The Facts depend on the
Mind - Individual mind and presented God Mind / huduri
# Just the formulae or
Mathematical Model of Schrodinger is some thing that none comparable to it;
If our mind involve in
it, the boundary condition -1 would produce Fact-1 , material world;
If involving the boundary
-2 would produce Fact-2 , the wave.
So: Talking about facts
we must linkage to The Wholeness = REALITY = GOD and God's mind ; In other words, The
quantum mechanical description of atomic behavior is complete !!!
2. Dirac: He added
:"It might very well be that the new quantum mechanics will have determinism in the Einstein wanted ........ I think it is
.....quite possible that Einstein will turn out to be correct.
According to Le Comte
Du Nouy :
Classic → orderly
or determinism
Quantum or statistic
→ Order is born from disorder [look 18) ! ]
That is why those two
are orderly or Einstein determinism is right after all.
Hawking: "We already
know the laws that govern the behavior of matter under all but the most extreme condition .... suchg as at the moment of creation "inflation" which is determinism ...."
18) Lecomte du Noüy,
Human Destiny, Mentor Book, New York, 1947, p.30
The first is that
it was necessary for the reader to understand clearly that all our scientific laws at present rest on chance, that is to say,
on the hypothesis of an absolute disorder at the base. If molecules, atoms, and electrons were not submitted to "perfectly
disorder" motions, our statistical reasoning would not lead us to definite laws. Now, these laws of nature express a remarkable
harmony on our scale of observation. It can therefore, be sait that, from our point of view of man, order is born from
disorder.
21 September
2002
[ ]
JUMLAH NERON DI OTAK, BINTANG DI GALAXI & GALAXI DI UNIVERSE SEMUA 100 MILYAR
Dari semut sampai gajah,
otaknya terjadi dari sel sel yang dinamakan neuron, dengan fitrah yang sama, dan jumlah neuron manusia yang 100 milyar itu
tak ada makhluk bumi yang mengungguli. Karena pada binatang tingkat rendah, aplysia, jumlah neronnya tak terlalu besar hingga
dapat langsung bisa dijangkau oleh jarum elektrode mikro dalam percobaan percobaan saintis. Dan saintis Kandel telah dapat
memisahkan dengan presice & accurate antara input & output dari otaknya, seperti gambar berikut ini.
Badan neuron yang mempunyai
cabang cabang pendek (dendrite) yang berfungsi menerima nerve impulses & satu Axon cabang yang besar sebagai transmitter
pulsa syaraf; Dan ada 10 000 benang syaraf - nerve fibers - (∞ 10 000 kabel telpon dari pusat kantor telpon ,yang bersystem
10 000, ke abone/ rumah rumah) yang menyebar ke neron neron yang lain, sebagai penghantar dari informasi informasi yang berujut
pulsa pulsa listrik yang dibangkitkan oleh ion ion kimiawi (neuro transmitter). Bisa dilihat dalam gambar diatas benang syaraf
dari Axon itu terminalnya pada dendrite neron berujut knop knop kecil → synapse.
■ Synapse itu "pusat
relay" yang informasi listrik, yang dikerjakan oleh transmitter neron atau ion ion kimiawi, diangkut dari neron ke neron neron
yang lain. Di celah (cleft) synapse terjadi penimbunan ataupun pengurasan dari transmitter kalau ada pulsa pulsa listrik datang,
atau neron neron sedang aktif bekerja. Dan sekali lagi kinerja padanya itu dilakukan oleh ion ion yang nota bene adalah proses
listrik, jadi orang boleh berpikir dan menjamunya, dealing with it, sebagai suatu sirkit listrik biasa. Secara common sense
kalau ada suatu gejala/ arus listrik di suatu benda apapun, neron kek, synapse kek, air ludah kek, taik ayam kek, .....maka
untuk benda tersebut tentu mempunyai "equivalent circuit-nya" atau sirkit penggantinya; Dan kalau kita bisa mendapatkan sirkit
pengganti-nya maka kondisi hal itu dapat kita kuasai artinya bisa kita jamu sebagai sirkit listrik biasa → dan seluruh
konsekuensinya akan merupakan sifat & kondisi yang berlaku pula pada neron itu.
Pengukuran sinal sinal
listrik dilakukan dengan penusukan dari jarum micro pada Synaptic Cleft/ celah synapse. (Eric F. Kandel ;"Scientific American
Book", 1979);
Kalau ion ion, neuro
transmitters, itu terlalu banyak mendekam di celah itu dan di banyak neron neron yang lain maka individu akan mengalami stress
berat dan oleh obat anti stress ion ion itu dinetralisir, katakan tegangan listriknya menjadi nol, zero voltage. Stress akan
hilang namun hanya sementara saja selagi obat stress itu berkhasiat, karena alamiahnya stress masalah yang diderita individu
tetap exist hingga menimbulkan timbunan tegangan listrk itu lagi. Barangkali perlu kita tekankan lagi "Bahwasanya Qur`an/
Taqwa itu juga Obat/ syifak" → bahwa amalan & keikhlasan orang akan meninggikan Q-kualitas orang yang berarti semua
tegangan tegangan di neron neron akan meluncur ke nol semuanya; Atau dengan lain kata ion ion yang tertimbun di celah celah akan ternetralisir secara mutlak, dengan pengertian, tidak sementara namun seterusnya →
karena walau stress masalah itu tetap ada namun mekanisme otak - dengan pendekatan HDA yang semua perilaku neron itu sama
dengan perilaku r,c,l sirkit listrik - dengan Q yang tinggi tadi menjadikan tegangan
listrik terbuang (discharge); Dan perlu diketahui dengan mempertinggi ketaqwaan tadi tak ada efek samping-nya, sedang dengan
obat/ pil anti stress tadi ada sisa bahan kimiawi yang merupakan sampah sampah yang bisajadi berbahaya bagi kinerja otak selanjutnya.
■ Gambar nerve
fiber atau benang syaraf diatas persis seperti kabel listrik, yang ion ion atau elektron elektron bergerak didalamnya. Bayangkan
gerakan elektron itu seperti gerakan kelereng yang kita isikan dalam pipa pralon dari Solo hingga Jakarta, dan dorongan di
Solo hanya berkecepatan 10 meter/hari yang akan diikuti pula dengan gerakan kelereng di Jakarta; Jadi kecepatan elektron/kelereng
itu lambat sekali, namun kecepatan informasi yang dibawanya secepat kilat saat kita menghentakkan dorongan pada kelereng pertama
kali saat itu juga Jakarta sudah merasakan hentakan itu → kecepatannya = kecepatan sinar 3 x 108 meter/detik
atau kira kira bolak balik Solo Jakarta 300 kali dalam 1 detik saja.
VERIFIKASI / BAYINAT DARI FORMULA HDA :■
Dari data pengukuran Kandel diatas didapatkan: (1) dalam 5 sec. ada 12 pulsa menurun
ke nol → ketemu ζ = 0,083 ; (2) ketinggian pulsa pertama → terhitung tinggi pulsa kedua, ketiga ...etc. Dengan
2 data ini dan formula HDA-nya kita masukkan computer dengan program Turbo Pascal, menghasilkan L7 & L10 diatas, yang
hitam. Bayangkan dari hasil pengukuran Kandel yang semua saintis USA tak tahu artinya namun dengan Formula HDA yang mengabstraksikan
gejala terukur itu secara precise & accurate kita menjadi tahu makna hasil pengukuran itu, karena hasil 2 bentuk fungsi
gergaji yang sama itu atau hasil teori & experimen yang sama; Dan inilah bukti nyata atau verifikasi dari HDA theory. Kemlesetan pada tegangan yang rendah karena sangat mungkin mekanisme
otak mempergunakan teknik AGC-automatic gain control yang menaikkan level tegangan rendah.
■ Dalam DA semua
formula sirkit Listrik bisa dipakai menjadi formula Phisika & Mekanika dan dengan HDA semua formula listrik tadi bisa
menjadi formula perilaku manusia termasuk pemikiran atau perilaku otak. Untuk mengkonstruksikannya butuh 25 tahun kerja keras,
karena menyangkut system alam.
OTAK HARUS DG. PENDEKATAN
"KOTAK-HITAM"
■ And now a breakthrough
in the study of the brain does come. There is no scientific study more vital than the study of his own brain. Our entire view depend on it. (HDA, 1987) To understand
man, we have to understand the brain. (Francis O Schmitt 1967) → Pemahaman manusia akan rahasia otaknya dapat mengarah
kepada semacam evolusi sosial yang dapat membantu mencerdaskan manusia, mencegah konflik konflik antar manusia dan antar bangsa,
karena manusia telah dapat memahami dirinya sendiri dan pada giliran-nya ia dapat memahami orang lain. Menurut dia evolusi
semacam ini diperlukan demi kelestarian species manusia.
■ Otak manusia
merupakan misteri dunia biologis terbesar, frontir terbaru abad ini, dan barangkali frontir terakhir, yang dihadapi manusia
dalam upaya mengexplorasi dan memahami dirinya sendiri. Pemahaman manusia tentang otaknya sendiri baru berada di ambang pintu
perjalanan jauh. Perkembangan dan kecenderungan teknologi otak bergerak dari mitos {=dongeng, isapan jempol atau barang yang
fiktip, hanya bayangan belaka; Masalahnya sekarang saintis modern telah menyatakan bahwa sesungguhnya `materi itu mitos' →
Schrὄdinger formula } menuju realitas. (Soejono Aswin 1988)
■ Mengapa "kotak
hitam" ? Atau sebetulnya mengapa kita harus iman atau mempercayai bahwa itu yang betul? Kita hidup ini tidak bisa lepas dai
unsur `percaya' → namun juga jangan bodoh, kita gunakan akal sehat, misalnya dalam memakai kalkulator yang baru, kita
coba dulu 7x7=49, 30:3=10, 2+3=5-2=3, √9=3 sesudah itu kita boleh percaya hasil hitungan yang jutaan rupiah itu tentu
betul; Kita tanyakan kepada profesor kita yang selalu tepat jawabannya maka kita ikuti /percayai saja formulanya, petunjuknya,
ijtihadnya; Kita cek, uji saja formula HDA, lalu orang pakai saja; Karena kalau orang harus membuktikan atau mengecek secara
tuntas - mengerti dalam kotak hitam - kerjanya kalkulator, penelitian profesor etc itu akan butuh waktu yang panjang dan orang
malah menjadi redundans, mengulang ulang yang buang enersi. Maka dari itu cek saja in & outnya dan kotak hitam kita anggap saja sebagai bolah ruwet, seperti saat kita/orang berkenaan dengan matematik.
■ Barangkali dalam
pemahaman manusia tentang otaknya sendiri ini kita boleh memegang & mempercayai petunjuk Tuhan bahwa " Tuhan mengajar
manusia dengan amsal. Amsal, sampel, simulasi atau contoh ajaran-Nya adalah Listrik " (24/35). Singkatnya, di kotak hitam
otak itu ada arus listrik maka ia mempunyai sirkit equivalen-nya, simulator-nya. Bentuk tegangan pulsa listrik di input &
output otak yang diukur oleh saintis Amerika Kandel persis sama dengan pulsa pulsa listrik dari teori HDA, itulah verifikasi.
Lihat gambarnya di lain halaman !
■ Synapse itu "pusat
relay" yang informasi listrik, yang dikerjakan oleh transmitter neron atau ion ion kimiawi, diangkut dari neron ke neron neron
yang lain. Di celah (cleft) synapse terjadi penimbunan ataupun pengurasan dari transmitter kalau ada pulsa pulsa listrik datang,
atau neron neron sedang aktif bekerja. Dan sekali lagi kinerja padanya itu dilakukan oleh ion ion yang nota bene adalah proses
listrik, jadi orang boleh berpikir dan menjamunya, dealing with it, sebagai suatu sirkit listrik biasa. Secara common sense
kalau ada suatu gejala/ arus listrik di suatu benda apapun, neron kek, synapse kek, air ludah kek, taik ayam kek, .....maka
untuk benda tersebut tentu mempunyai "equivalent circuit-nya" atau sirkit penggantinya; Dan kalau kita bisa mendapatkan sirkit
pengganti-nya maka kondisi hal itu dapat kita kuasai artinya bisa kita jamu sebagai sirkit listrik biasa → dan seluruh
konsekuensinya akan merupakan sifat & kondisi yang berlaku pula pada neron itu.
Pengukuran sinal sinal
listrik dilakukan dengan penusukan dari jarum micro pada Synaptic Cleft/ celah synapse. (Eric F. Kandel ;"Scientific American
Book", 1979);
Kalau ion ion, neuro
transmitters, itu terlalu banyak mendekam di celah itu dan di banyak neron neron yang lain maka individu akan mengalami stress
berat dan oleh obat anti stress ion ion itu dinetralisir, katakan tegangan listriknya menjadi nol, zero voltage. Stress akan
hilang namun hanya sementara saja selagi obat stress itu berkhasiat, karena alamiahnya stress masalah yang diderita individu
tetap exist hingga menimbulkan timbunan tegangan listrk itu lagi. Barangkali perlu kita tekankan lagi "Bahwasanya Qur`an/
Taqwa itu juga Obat/ syifak" → bahwa amalan & keikhlasan orang akan meninggikan Q-kualitas orang yang berarti semua
tegangan tegangan di neron neron akan meluncur ke nol semuanya; Atau dengan lain
kata ....
DIMANA AKAL ?
|
 |
|
 |
|
 |
|
 |
 |
 |
Tak hanya para pakar & ILMUWAN harus mau menggapai
pengetahuan & ILMU sosial, science that deal with men, namun -
inilah yang tersulit dari semuanya; Mereka harus menyebar
luaskannya ke segenap penjuru dunia atas milik temuannya itu;
Kalau mereka tak berhasil dalam enterprise - usaha bersama yang
sulit ini, orang akan menghancurkan dirinya sendiri dengan
kepandaiannya yang separuh separuh.
Saya diilhami kalau ia melincur - keluar jalur kedepan,
masyarakat hanya akan bersama tikus tikus.
Tapi saya senang, saya tak mengalaminya.1) (Bertrand
Russell)
sebagai penyegaran ingatan;
"Bagaimana jagat raya dibuat?" Tak mengurangi maupun melebih
lebihkan, sejak Aristoteles 2500 tahun yang lalu semua SAINTIS
unggulan, secara kronologis, seluruh dunia .. Ptolemeus, Kepler,
... Einstein, Bohr, Schrdinger, Carl Sagan, John Wheeler, Paul
Davis, Weinberg ... Baiqunni, Karlina .... semuanya tak mampu
mengexplanasikannya kecuali Hawking, namun dia bingung
dengan ucapannya sendiri: " ..... Jawaban ini akan tampak jelas
bagi kita seperti bahwa bumi beredar mengitari matahari - atau
barangkali akan menggelikan seperti menara kura kura itu 2)".
Jelas bermula karena jabang bayi univers dipotret gema-radiasicosmis
nya ; juga jelas berakhir - ruang dan waktu itu umurnya 20
milyard tahun. Kemudian Cobe II & no boundary condition
mengesahkan univers ada terus. `Beginless begin, endless end ini
lucu !"
Namun Fakta alam riil dan alam imaginer itu sudah betul
! (betul mutlak benar, karena merujuk ke Pakum /The Vacuum
yang mutlak, tak berdimensi ruang-waktu - covariant terhadap salib
sumbu manapun - penulis).
Islakh - Aufgehoben: [Sebetulnya dia lupa dalilnya sendiri
"azas antropik" - kita lihat jagat raya (=fakta) dan ruang pakum
(=realitas) seperti apa adanya The principles of anthropic itu
berbau konsep metaphisik (sama dengan definisi akal) yang
melibatkan yang, jika suatu univers tertentu tidak mengetrapkan
ukuran standard alam, yang menyediakan bagi keberadaan hidup
dan pengembangan inteligensia maka tak kan ada orang yang
mau menyebar luaskan milik temuannya" 3)];
Formula Schrdinger itu peran utama dalam isu kita ini,
MM univers itu dengan 2 syarat batas / kehendak Tuhan; 1.
General Relatuvity Einstein. 2. ruang & waktu tanpa tepi/ batas.
Hawking lupa dengan deskripsi quantum Bohr, kalau di kamar 1
orang sudah tak bisa lagi memakai dalilnya (di singularitas) maka
kita harus pindah kamar 2 dalil quantum cosmology. Hingga kita
temukan 2 FAKTA seperti apa adanya - alam dunia & alam
akherat yang tergambarkan seperti gambar 4 itu, merupakan
kebenaran mutlak karena semua rujukannya (materi terlahir dari)
ruang pakum yang absolut ruang & waktunya.
Kita temukan dalam alam bilangan fundamental atau
ukuran ukuran standard yang sangat diperlukan untuk kelestarian
kehidupan alam & manusia kedepan;
Dan kita temukan juga makna relatip dan mutlak senyatanya.
Yang terakhir orang mampu menemukan &
mendefinisikan Tuhan dengan pendekatan ILMIAH !
Aufgehoben Bab 1 ini tidak boleh tidak atas asas antropik/
Bertrand Russell harus sampai ke tangan Hawking! Ini lugas akan
mempengaruhi nasib sosial-politik umat manusia, gagasan
kompleks dengan implikasi praktis yang belum ada padananya
dalam sejarah peradaban.
2.2 AKAL - MENGERTI
SAINTIS neurobiolog Hubel (1979), sebelum mulai
menuliskan makalah ILMIAH tentang "the Brain" mempertanyakan
terlebih dahulu definisi atau arti dari "mind" & "understand" :
" Saya kira ada kesulitan masalah arti kata dari `akal' &
`mengerti'. Kata kata ini berguna untuk bermacam macam
kebutuhan namun bisa kabur atau tak jelas pada ujung ujungnya;
Bisa mengarah tak mempunyai arti, tak pada tempatnya hingga tak
mempunyai penyelesaian;
Masalah akan muncul menggejala bila kita menanyakan
tentang `mengerti', sebab kata semacam itu mengandung
keterlibatan pengertian tentang suatu kehadiran yaitu kita boleh
dikatakan sebagai meninggalkan gelapnya gua atau terowongan.
Tidaklah jelas padaku bahwa dapat ada hal semacam itu, atau
akan tahukah kita kapan datangnya yang demikian itu". 4)
Kata Hawking: "....SAINTIS bicara "bagaiamana", tak
sempat bertanya "mengapa"; Para filsuflah yang melontarkan
pertanyaan "mengapa"; Dalam abad ke-18, para filsuf
menganggap seluruh pengetahuan manusia, termasuk SAINS,
sebagai medan mereka. Mereka membahas pertanyaan seperti:
apakah jagat raya mempunyai awal? Tetapi dalam abad ke-19 dan
20, SAINS menjadi terlalu teknis dan matematis bagi para filsuf,
atau siapa pun kecuali para spesialis. Para filsuf mengurangi
begitu banyak lingkup penyelidikannya, sehingga kata
Wittgenstein, filsuf terkenal dalam abad ke-20 ini berkata, `Satu
satunya tugas yang tersisa bagi filsafat adalah analisis bahasa'.
Alangkah mundurnya ......" 5)
Barangkali analisa arti kata serta penjelasan pengertian
deskripsi itu lebih dari cukup Filsafat bagai kapal induk peneratas
yang meratakan jalan pendaratan bagi angkatan darat, atau
SAINS; Ini cukup, karena SAINS tak mampu. Katakan definisi
`akal' - `mengerti' dan kata kata yang abstrak yang lain, telah dapat
didefinisikan tepat, maka bahasa matematik dan perangkat teknik
semiasal mikroskop, jarum mikro, Cobe, dan komputer,
barangkali, akan meneratas jalan selanjutnya, prediksi ilmiah
segera teramati dengan mudah !
Sebelum kita beranjak ke kata kata yang abstrak, atau
immaterial, kita contohkan terlebih dahulu pada hal yang material,
tampak mata - klasik; Sebagai pertanyaan: "Dimana Tini?" sama
persis dengan pertanyaan Bab 2, morpologinya "Dimana akal?"
yang SAINTIS milenium-pun tak mampu menjawabnya.
Wunderbar ya, kata Schrdinger! Maka akan kita coba dengan
yang mudah dengan - dimana si Tini itu; Tini anaknya pak Karno
tetangga disamping rumah; Bisa jadi si Tini menghilang dari rumah
; Entah pergi kemana, mungkin ke desa, ke Jakarta, ke Sumatera,
Kalimantan tak ada yang tahu. Hingga untuk mencarinya perlu
kepada polisi dan masyarakat diberikan identitas dirinya atau data
wujut seperti tinggi, berat, potret diri, warna kulit, rambut, umur dan
yang lainnya; Selain itu perlu juga supaya lengkap diberikan
identitas perilakunya; Data 3 behavioral objective; 1. cognitip. 2.
Afektip. 3. Psikomotor; Inilah definisi dari Tini.
Definisi `Akal'; Apa akal itu? :(lih. Apendiks 2.1)" Akal /
mind itu terpilah dua 1. akal dari diri (mind of the self) yang
performatif dan 2. Akal metafisika (mind metaphisical substance)
yang mengetahui melalui kehadiran, mengarah di seberang
dirinya, dari mind ruang pakum/ REALITAS/ Tuhan"
2.2.1 SUATU GIANT STEPS
(1) Perilaku/ tabiat manusia itu dengan perilaku alam telah
terpadukan oleh teori HDA;
Teori HDA, Human Dynamical Analogies; Dengan DA -
Dynamical Analogies theory orang memanunggalkan
perilaku Listrik - Mekanika - Alam, karena bentuk MM
(Model Matematik/ rumus) -nya sama. Sedang perilaku
orang dan alam itu terpadu karena pada garis besarnya 2
hal itu 5 variabelnya; dan kelima variabel alam itu sifatnya
sama persis dengan 5 variabel variabel dari manusia; (lih.
Apendiks 2.2 !). Harapan Hawking : "KIta belum juga
berhasil meramalkan tabiat perilaku manusia dari
persamaan matematik" Sekarang kita telah berhasil untuk
itu! Dan perlu kita tambahkan, yang karena SAINS
sekarang sudah terlalu matematis & teknis hingga katakan
dengan komputer, mikro elektrode, EEG & Cobe, gejala
dan phenomena yang abstraks maupun gaib baik di dalam
otak maupun gejala penomenologis dapat tergambarkan
sebagai kurva kurva atau yang lain yang terinderakan,
tampak mata serta setiap orang awam mampu
memahaminya.
(2) Deskripsi perilaku orang dengan satu formula matematik Q =
0,005. h1 (h2.h3) [ Yang Q = qualitas orang; h1 =
keikhlasan orang; h2 = amal; h3 = kognitip inteligensi
orang, yang ketiganya dapat diukur statistically, dengan
kuesioner.] ; Hawking minta maaf, yang dia terpaksa
memasukkan satu formula matematik ; E = mc2 dalam
bukunya , pada para pembacanya yang awam; Demikian
pula kita, untuk risalah ramalan tabiat manusia dengan
matematik ini, memasukkan satu formula matematik Q =
0,005. h1 (h2.h3) saja, agar dapat menjelajahi
keseluruhan tabiat manusia ---- Wunderbar ya! Heboh!
Untuk perilaku di otak saat orang berpikir memecahkan
masalah maka dengan nilai Q yang bervariabel didapatkan
Tegangan Listrik bentuk gergaji & dapat dianalisa dengan tepat &
teliti.
Gambar "ikan dendeng"/ jagat raya dalam ruang pakum dan
gambar "gergaji" dalam synapses otak; Tak terduga sama
sekali, yang kita akan bisa menyibakkan serta
mengexplanasikan; Untuk yang pertama, ikan dendeng
relativitas & kemutlakan - hal hal yang metaphisik, adanya
alam dunia & alam imaginer/ akherat! Sedang yang kedua
mengexplanasikan RI = Rasional Integens - EI =
Emotional Inteligens, serta - PI = Psikomotor Inteligens,
yang saintis manapun masih ragu ragu masuk apalagi
menjelaskannya secara detil, seperti yang dibawah:
Dengan keduanya, pendekatan dendeng dan graji itu,
setiap orang akan mampu menjelajahi hukum hukum `alam &
manusia' secara sederhana dan bisa "mengerti" deskripsi yang
rumit itu, karena menggejala secara sederhana. []
Nah datang lagi kata `mengerti' yang Hubel pun give-up,
menyerah ;" Tidaklah jelas padaku ...... akan tahukah kita ... "
Definisi `mengerti', apa yang dimaksud dengan
mengerti suatu hal: Kembali pada identitas perilaku "Tini" yang
persis sama dengan ciri tabiat dari `akal' karena mind itu
merupakan self atau diri orang yang performatip; Hingga perlu
analisa dari implikasi 3 kelakuan nyata tersebut diatas.
2.2.2 DEFINISI "MENGERTI"
" Saat tegangan gergaji dalam neuron memotong
garis sumbu absis adalah saat orang mengerti tentang
permasalahan yang dihadapi."!
Perangkat keras akal itu Otak, sedang piranti lunaknya
adalah formula Listrik untuk R-C-L seri dengan input pulsa pulsa:
"Dimana mind/ pikiran ?" Barangkali verifikasi HDA yaitu
perilaku pikiran orang yang mengerti dan tidak mengerti yang
diabstraksikan/ diperikan model matematik HDA yang cocok
dengan pengukurannya (diukur di celah synapses neron oleh
saintis USA) merupakan jawabannya; Jadi "pikiran/ mind" berada
di celah synapses neron otak kita !!!! 6)
Dengan verifikasi yang pin point atau tepat dan teliti
tersebut, maka prof. Baiquni dengan berbinar mengiyakan saat
saya ajukan/ perlihatkan kepadanya kedua gambar gigi gergaji itu.
Gambar 5:
°°°°°°°°°°°Gambar 6: TAK MENGERTI Gambar 7: MENGERTI
Gambar 6: Gambar Kurva Tegangan di otak/ neuron saat orang
tak mengerti penyelesaian satu masalah Kurva
tegangan mengikut puncak puncak tegangan gergaji yang
tak pernah jadi nol !
Gambar 7: Tegangan di otak saat orang mengerti penyelesaian
satu masalah, perhatikan hanya 2 langkah lalu teg. gergaji
menjadi nol, karena Q besar jadi emosi menjadikan
bodoh!
2.2.3 EI - EMOTIONAL INTELLIGENCE VERSUS RI -
RATIONAL INTELLIGENCE
Para yang bijak / Nabi ataupun pengamat jauh seperti
Ronggowarsito, juga Stephen Hawking sendiri saat menemukan
paradigma Lubang Hitam, dapat mengerti hingga
memformulasikannya itu bukan pendekatan rasional namun suatu
pendekatan dengan ketajaman hati. Kalau saintis jelas dengan
pendekatan rasional, hingga mereka dapat mengexplanasikannya
secara ilmiah. Setelah kita dapat memahami arti "mengerti" dari
gambar gambar diatas, maka apa arti EI & RI dengan gampang
sekali akan terjelaskan dengan Gambar 6 & 7.
Qualitas Orang Q = 1/R (L/C) atau Q = 0,005 h1 (h2 x h3)
Individu tak mengerti Q = 0,0045 0,005 x 3 ( 3 x 3 ) = 0,045
Mengerti dengan rasio - RI Q = 0,5 0,005 x 10 ( 10 x 10 ) =
0,5
Mengerti dengan hati - EI Q = 0,5 0,005 x 33 ( 3 x 3 ) = 0,5
, jadi walau bodoh sekali dengan h3 =3, namun individu itu karena
Q nya = 0,5 maka tegangan 15 mV itu dengan serta merta menjadi
nol alias mengerti dia !
Tegangan ERP (event related potentials) 8 mV dalam dua detik
menjadi nol = mengerti!
Dari rumus Q =0,5 0,005 x 3 (370 x 3) = 0,5 ini berarti
individu bodoh & emosional namun tekun belajar tenis / main bola
/ menari atau yang lain asal psikomotor melonjak tinggi maka bisa
Q=0,5 alias individu mengerti atau pandai bermain yang ditekuni
itu.
2.2.4 MEDITASI TRANSENDENTAL
Psychologist Robert Ornstein has written: " Tampaknya
bahwa satu konsekuensi struktur dari sistem pusat saraf kita
adalah bahwa jika kesadaran di batasi pada sumber stimulasi yang
tak berubah, suatu "turning off"- `lepas, gantian' kesadaran dari
dunia seberang hadir. Perintah yang umum untuk meditasi
semuanya menggaris bawahi hal ini".7)
Bagaimana suatu meditasi berhasil. Pada pokoknya, buat -
jadikan Q = 0,5 atau lebih besar lagi! Menjadikan h1,2,3 ke 10 itu
banyak jalan dibeberkan oleh Ornstein, Bloomfield, para yang
bijak, Nabi Nabi ..... merenung, berdhikir, gerakan gerakan yang
harmonis, berendam di sungai di waktu malam (kungkum; Jw.),
....... etc. Masalahnya Ruang pakum/ Realitas mau atau
berkehendak memicu, menghadirkan atau tidak? Kalau terpicu
masalah apapun akan terjawab.
Jadikan diri "geleng" (tidak seperti Frank de Boer atau
Kluivert saat penalti URO 2000), atau ber "mental juara" (seperti
Zidane cs. bermental juara seperti Napoleon/ Perancis); Dan ini
sulit sekali, karena sebetulnya itu linkage, sambung, ke Realitas,
ke kehendakNYA; Diperlukan suatu praxis standard!
2.3 DIMANA AKAL ?
Selain dalam otak kita sebagai hardware dari mind; Di
mana lagi kita dapatkan itu yang namanya `akal': (Karena akal itu
tak berdimensi ruang & waktu, maka sebetulnya yang ada disana
adalah kinerja manipulasinya, bukan akal itu sendiri)
# Di tanah atau debu; Kita tahu saat terjadinya binatang
ber sel satu, tanah atau debu itu oleh karena adanya catasthrope -
tekanan tekanan kritis dari lingkungannya pada suatu saat tertentu,
maka jasad , tanah tadi membentuk semacam kulit pelindung
dirinya (Priggogine) dan akhirnya terjadi jasad hidup - bakteri satu
sel itu.8)
Tiga milyard tahun yang lalu terjadi proses lambat evolusi
biologi, yang membawa organisme mulai dari yang paling
sederhana sampai ke makhluk seperti kita - homo sapien.9)
(Hawking) Berarti dari debu menjadi biologi termasuk manusia
dan tumbuh tumbuhan, adalah suatu makhluk hidup yang
mempunyai mind.
"M E N G E R T I"
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°Gambar Kurva Tegangan di otak/ neuron saat orang tak
mengerti
penyelesaian satu masalah Kurva tegangan mengikut puncak
puncak tegangan gergaji yang tak pernah jadi nol !
Tegangan di otak saat orang mengerti penyelesaian satu masalah,
perhatikan hanya 2 langkah lalu teg. gergaji menjadi nol, karena Q
besar jadi emosi menjadikan bodoh!
Dengan verifikasi yang pin point atau tepat dan teliti tersebut, maka
prof. Baiquni dengan berbinar mengiyakan saat saya ajukan/
perlihatkan kepadanya kedua gambar gigi gergaji itu.
° # James Jean : " ..... Mekanisme sistem matahari
diketahui yang dapat mengitari planit planit secara teratur seperti
apa adanya; Bagi astronom astronom modern itu merupakan suatu
hal yang di design. Berarti univers yang ada ini, direncanakan oleh
" Ahli matematik semata" dan ia "mulai terlihat lebih seperti Pikiran
Besar ketimbang seperti Mesin Besar 10).
Kita temukan univers yang menunjukkan bukti sebagai
satu perencanaan atau pengontrolan daya yang sama seperti akal
kita .... ada kecenderungan berpikir dengan cara yang kita
gambarkan seperti matematik, satu bahasa yang lebih ketimbang
bahsa verbal.
Tuhan berkehendak, mempunyai akal/ ide, syarat batas
No Boundary Condition saat merencana jagat raya (Hawking).
# Mengapa univers tunduk pada hukum? Karena asas
antropik 11)(DR. Phillips -1997).
Univers = entitas biologis yang mencipta & menyusun
dirinya sendiri; Semua biologis - hidup mempunyai mind.12) (Lee
Smolin)
Sumber hukum positip (KUHP) itu alam - budaya - agama
(wahyu); Atas dasar sumber itu oleh akal pikiran dibuat menjadi
hukum positip tersebut. Demikian juga hukum alam ini.
Jadi hukum itu (atas dasar) akal ! Dan karena hukum itu
atas dasar akal & univers tunduk pada hukum maka univers itu
punya mind.
Wal hasil kita dapatkan MIND pada Debu - Materi materi
univers - Biologi termasuk Homo Sapien - Jagat Raya - dan Tuhan
sendiri. Sederhana, hanya ini jawaban untuk pertanyaan ke 2
Aristoteles;(Lih. juga Catatan 8)-12), dgn. pendekatan TOE)
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°° Barangkali Jagat Raya itu berdasar atas, berisi,
ukuran
ukuran standard. Maka kadar, catu catu atau ukuran standardnya
pada tiap hal harus ditemukan (TOE) Hingga kedepan alam &
kita akan hidup selaras. Damai dan Harmonis ! benar tejadi "World
Peace" ... (yora/ Jawa; Inshallah/ Arab).
Lihat Apendiks 2.2 , seperti h1,2,3 ideal = 10; Q = 0,5;
Enersi teralokasikan bagi individu ideal = 3.1018 Joules; Life span
individu = 120 tahun ! ..... etc.
APENDIKS 2.1 :
Keterpaduan ILMU Kealaman dari Schrdinger/ Bohr -
Einstein/ Hawking dengan Filsafat Sosial dari Karlina,
Descartes, ilmu Hudhuri/ Filsafat Islam dan Filsafat ;
Menghasilkan Definisi "Akal"
Senyatanya,bagaimana satu fakta itu terjadi? Bayangkan, kita
mewarnai kain dengan cet Naptol. Tersedia larutan garamnya,
yang tak bewarna, tak seperti warna apapun. Kita ingin (syarat
batas/ kehendak pikiran) membuat warna merah, kain dicelup ke
Naptol MR. Lalu digarami! Terjadi Fakta = kain merah; Naptol KN.,
HJ., ... akan terjadi Fakta kain kuning, hijau .....
Fakta tergantung kehendak/ pikiran/ akal !Demikian pula
untuk formula Schrdinger; MM Schrdinger - yang tak
seperti apapun - dimasukkan satu syarat batasnya yaitu syarat batas 1 terjadi Fakta 1 yang berujut materi; Syarat
batas 2 terjadi Fakta 2 yang berujut gelombang.
Yang pertama kali rumus fisika melibatkan kehendak/ akal orang di tahun 1945 dia menulis buku "What is Life"
; Bukan
pertanyaan filsafati karena dengan rumus fisika & kimia
hingga membuka pandora asal muasal kehidupan !
# Sama persis untuk rekayasa jagat raya;
Syarat batas 1 = MM Einstein's General Relativity
Syarat batas 2 = Quantum
Cosmology - No Boundary Proposal sebagai kehendak Tuhan;
Terjadi Fakta Alam Dunia & Alam Imaginer/ Akherat.
Perhatikan Bohr's pindah kamar 1 2, saat Formula
Einstein General Relativity gagal di mikro kosmos maka harus
ganti kamar ke quantum cosmology!
# Peristiwa dalam benak Mind/ Akal sama juga. Akal yang
ingin minum karena aku performatip haus segera diri akan
melihat gelas/fakta 1; Akal yang rindu dengan 2 temannya segera
akan lihat 2 orang/Fakta 2
phylosopher - physicists' attempts to trace the implications of
quantum holism for our picture of reality is closer to the spirit of
Einstein's stubborn search for atomic insight than Bohr's austere
renunciation of even the hope of someday understanding quantum
phenomena. And in recent years - as dissent from Bohr's still
orthodox interpretation of quantum theory has slowly grown - a few
scientists, like the Nobel Laureate P.A.M. Dirac, have begun to
wonder aloud if Einstein may yet be proved right. "It seems clear
that the present quantum mechanics is not on its final form", said
Dirac in 1979. He added :"It might very well be that the new
quantum mechanics will have determinism in the Einstein wanted
........ I think it is .....quite possible that Einstein will turn out to be
correct.
These writing above was at the year of 1983. And these
NOTE was written at 17 August 2002, or, after this book is
finished; It means that they represent a wholeness approach or
TOE approach.
TOE approach: 1. If you believe that quantum theory is complete,
you're stuck with its incredibly subversive holism.
On the problem of what is matter, TOE has explained that
The Facts depend on the Mind - Individual mind and
presented God Mind / huduri
# Just the formulae or Mathematical Model of Schrodinger is some
thing that none comparable to it;
If our mind involve in it, the boundary condition -1 would produce
Fact-1 , material world;
If involving the boundary -2 would produce Fact-2 , the wave.
So: Talking about facts we must linkage to The
Wholeness = REALITY = GOD and God's mind ; In other words,
The quantum mechanical description of atomic behavior is
complete !!!
2. Dirac: He added :"It might very well be that the new quantum
mechanics will have determinism in the Einstein wanted ........ I
think it is .....quite possible that Einstein will turn out to be correct.
According to Le Comte Du Nouy :
Classic orderly or determinism
Quantum or statistic Order is born from disorder [look 18) ! ]
That is why those two are orderly or Einstein determinism is right
after all.
Hawking: "We already know the laws that govern the behavior of
³³³³³³³³³³³³³³³³³³³³³³matter under all but the most extreme condition ....
suchg as at the
moment of creation "inflation" which is determinism ...."
18) Lecomte du NoÜy, Human Destiny, Mentor Book, New York,
1947, p.30
The first is that it was necessary for the reader to
understand clearly that all our scientific laws at present rest on
chance, that is to say, on the hypothesis of an absolute disorder
at the base. If molecules, atoms, and electrons were not submitted
to "perfectly disorder" motions, our statistical reasoning would not
lead us to definite laws. Now, these laws of nature express a
remarkable harmony on our scale of observation. It can therefore,
Kamar 1,2 tergabung, maka merupakan dari gambar yang
tak seperti apapun !
# Saya berpikir maka ada; Bayangkanlah orang yang tidak
urut pikirannya, bisa gila, sakit ingatan .. Maka barangkali tak ada
orang normal yang meresponnya, karena dia tak ada!
Menurut Descartes, satu-satunya kepastian (merupakan
embrio `benar mutlak', penulis) itu atas dasar pikiran dan
penalaran yang diutarakan dalam ungkapan "Cogito , ergo sum" -
"Saya berpikir maka ada". Akal dan otak terkait satu dengan yang
lain meskipun keduanya beda satuan.
Karlina: " Dalam dunia SAINS sekarang telah disadari
bahwa ILMU bukan semata mata `dunia yang ada di luar sana';
Fakta adalah jalinan `aku' atau `diri' dan obyek dunia yang
diluar sana - diseberang diri; Maka REALITAS yang ada di luar
diri manusia masih harus selalu kita pertanyakan".13)
Dari uraian diatas kita dapat menulis: "Jalinan dari
REALITAS dan akal/ mind menjadikan REALITAS menggejala
menjadi FAKTA".
Barangkali ini jawaban untuk Bohr Bohr's; Dia
menjelaskan paradox mekanika quantum sebagai yang
melontarkan keterbatasan dasar pada kemampuan akal/ mind
untuk mengkonsepkan fakta.
Ilmu Hudhuri/ Filsafat Islam: Dalam bahasa filsafat
pencerahan kesadaran disebut sebagai "pengetahuan dengan
kehadiran";
Dasar epistemologi adalah pada pembedaan antara
pengetahuan melalui konsep atau konseptualisasi dan
pengetahuan melalui kehadiran. Pembedaan yang cermat antara
pengetahuan yang didasarkan pada konsep di dalam pikiran
mengenai sesuatu yang sebenarnya tak hadir dalam pikiran,
dengan pengetahuan yang didasarkan pada sesuatu yang hadir
dengan sendirinya dalam pikiran dan yang eksistensinya tak
terpisahkan dari pengetahuan tentangnya;
Dijelaskan lebih jauh makna emanasi (= dwelling in human
mind) dalam kosmologi sebagai berkaitan dengan pengetahuanhadir
Tuhan.
Singkatnya "Aku"/ mind/ akal, ada dua : 1. Aku
performatip/ pelaku. 2. Aku mistik, yang berkenaan dengan
pengetahuan yang "hadir".14)
Filsafat : MIND : (Lat. mens) Mind is used in two principal
senses : (a) The individual Mind is the Self or Subject which
perceives, remembers, imagines, feels, conceives, reasons, wills,
etc. and which is functionally related to individual bodily organism.
(b) Mind, generically considered, is a metaphysical substance
which pervades all individual minds and which is contrasted with
matter or material substance. _ L.W. 15)
AKAL - MIND itu digunakan dalam dua pengertian : (a) Akal
individu itu Diri/ Self atau Subyek yang merasa, mengingat,
membayangkan, merasa, menyusun, menalar, menginginkan, dan
yang lainnya dan yang fungsional berkaitan pada organ tubuh
individu. (b) Akal, dipertimbangkan secara umum, adalah satu
substansi metafisik yang meliputi semua akal akal individu dan
yang dibedakan dengan materi atau substansi material - diri mistik.
L.W.- Ledger Wood.
KEPAMRIHAN/ KEINGINAN - INTENTIONALITY : Sifat
dari kesadaran dimana dengannya merujuk pada atau
berkeinginan satu obyek. Obyek atau benda yang dimaksud tidak
perlu barang yang riil atau hadir namun lugas itu yang kinerja akal
beraksi padanya.
Pada Husserl:
1. (pengertian luas) Karakter sesuatu sebagai berkeinginan atau
mengarah diseberang dirinya: itu yang di seberang diri _
swatransenden.
2. karakter dari satu obyek selain dari kesadaran itu sendiri
sebagai mengarah diseberang dirinya, misalnya, pada
pengalamannya yang nyata atau pada sesuatu yang dia
menunjukkan atau mencirikan: kepamrihan nyata._ D.C.
_ Dorion Cairns.
INTELEK - INTELLECT : Bagian cognitip dari akal
sebagaimana dia beroperasi pada abstraksi yang tinggi dan
derajat konseptual. _L.W. St. Agustine membedakan intelek dan
nalar. Keintelekan akan tidak mungkin tanpa nalar. Intelek adalah
jiwa-nya. Dia memerintah jiwa. Kadang kadang sifat intelek
dinamakan keintelekan/ inteligensia. Keduanya intelek dan nalar
menyatu dalam akal. Nalar mencari pengetahuan atau ILMU,
sedang intelek, yang lebih tinggi, mengarah pada kebijakan,
sapientia, atau kontemplasi/ tepekur/ berdhikir pada suatu
keabadian, dan terutama Tuhan. J.J.R. - J.J. Rolbiecki.16)
Debat Einstein - Bohr (John Gliedman 1983) :
Einstein's; "I dont belive that God play dies with the universe"
Dia tak percaya - tak mau menerima - bahwa hukum alam
itu determinan - orderly - lalu juga indeterminan/ acak
acakan - disorder;
Melibatkan orang harus berkenaan dengan keseluruhan
univers bila mencari kausal yang betul dari satu kejadian fisika;
Quantum teori mempostulatkan semacam pengaruh jarak
jauh dari Kembar Siam untuk perilaku partikel
subatom Walau partikel partikel itu berjauhan
separuh diameter jagat raya, dikatakan, partikel
partikel itu merespon seketika ulah yang satu
dengan yang lainnya;
Alias ada informasi dengan lintasan
melebihi kecepatan sinar, berarti melanggar
ketentuan Relativitas Khusus.
Bohr's; Dia menjelaskan paradox mekanika quantum sebagai
yang melontarkan keterbatasan dasar pada kemampuan
akal/ mind untuk mengkonsepkan fakta.
Dalam melihat sesuatu, persepsi penglihatan, suatu
pergeseran perhatian sangat sering memicu tanggapan pada
gambar yang lain dalam pola yang mendua - untuk mengubah
gambar gelas menjadi dua profil atau dua kepala menjadi satu
piala Seperti dalam fisika quantum sifat mendua gelombang &
partikel;
Dalam SAINS memang teori quantum bercacat, tak ada
penjelasan apapun untuk mengapa individu partikel subatom
berperilaku seperti itu, dan quantum menggabungkan cacat/
pengabaian itu hingga menjadikan baurnya batas antara apa yang
kita ketahui tentang reality (=FAKTA, fakta itu jalinan dari `self'/
`diri' dan dunia diseberang atau REALITAS; lih. Karlina's) dan
reality itself (= ruang pakum/ REALITAS).
Ini cukup bagi Einstein untuk menolak teori quantum,
meskipun bahkan dia menerima serta menghargai bahwa ia/
quantum itu satu mesin peramal yang fantantis ketepatannya.
Teori quantum memakai mesin ini dalam pengukurannya,
SAINTIS harus menerima bahwa kausalitas dan objective reality
(=kebenaran mutlak, lih.definisi dibawah!) tak mempunyai tempat
dalam fisika atom. ....
Teori quantum adalah yang terbaik yang penalaran orang
dapat melaksanakan - bila dikonfrontasikan dengan lingkup atom -
oleh semacam Tembok Besar Cina yang ILMIAH - satu batas
permanen ke pengertian baru tentang fakta fisika. ....
Sepanjang keterbatasan penalaran orang diperhatikan,
"Tidak ada dunia quantum. Yang ada hanyalah satu abstraksi dari
deskripsi fisika quantum.
Salah untuk berpikir bahwa tugas fisika itu menemukan
bagaimana alam itu. Fisika berkaitan dengan `apa yang dapat kita
katakan tentang Alam'; ....
"Einstein itu tak mau berpikir (bahwa alam itu ber azas
Antropik, orang melihat alam seperti apa adanya, penulis) dia itu
hanya berlogis logis saja!" Pada hal hanya diluar lingkup atom/
quantum, logika standard berlaku. .....
Einstein berseru lagi: " Filsafat Penenang Bohr-Heisenberg
- atau kaidah agama? - yang begitu halus direncanakan, dalam
pada itu, ia/hal itu melengkapi bantal empuk bagi para mukmin
(agamawan yang betul) hingga ia sangat sulit untuk dibangunkan
.... namun agama, dalam hal ini, mempunyai teramat sangat
(damn) sedikit pengaruh padaku." Pada akhirnya Einstein
memaksa kita/ Bohr harus milih untuk meninggalkan salah satu
dari pengesahan yang berikut;
1. Quantum mekanik telah menyeluruh, telah finish/ jumbuh.
2. Keadaan senyatanya dari obyek obyek yang terpisah dalam
ruang itu bebas satu dan yang lainnya dengan lain kata,
jika anda percaya bahwa teori quantum telah komplit/
menyeluruh, maka anda harus terlibat mempercayai
bahwa masalah fisika biasa harus selalu dikaitkan ke
Holism/ REALITAS (= ruang pakum!; penulis).
Paul Dirac meramalkan bahwa determinan Einstein itu
yang betul akhirnya.17) []
Namun barangkali dari data dalam Apendiks I ini kita
dapat memberikan jawaban sebagai berikut: Dengan mind/
akal semua orang setelah - ILMU Kealaman jumbuh - terpilahnya
jagat raya dan ruang pakum atau REALITAS yang absolut
besarnya, yang mampu mensuplai enersi/ materi yang tak terbatas
pula, yang tak seperti apapun, yang tak ada Realitas selain
REALITAS itu sendiri maka barangkali SAINTIS - termasuk
orang awam - mampu menemukan dan mendefinisikan Tuhan
dengan pendekatan ILMIAH !
Dari formula Schrdinger dan Karlina, kita dapatkan :
"Jalinan dari REALITAS dan akal/ mind menjadikan REALITAS
menggejala menjadi FAKTA";
Dari ilmu Hudhuri & Filsafat Akal kita dapatkan definisi
AKAL: " Akal/ mind itu terpilah dua 1. akal dari diri (mind of the
self) yang performatif dan 2. Akal metafisika (mind metaphisical
substance) yang mengetahui melalui kehadiran, mengarah di
seberang dirinya, dari ruang pakum/ REALITAS/ Tuhan;
Bersama sama dengan Hawking's univers (Dendeng) yang
melayang dalam REALITAS kita sebagai SAINTIS dapat
mengerti makna inspirasi atau ulah orang yang bisa hadir dari
Tuhan sesuatu masalah fisika harus dikaitkan ke Holism/ Tuhan
itu bukan masalah lagi di milenium kita ini! Dan dengan begitu
memang Quantum Mekanik itu telah menyeluruh.
Le Comte du Nooy menekankan bahwa "Order is born
from disorder" itu harus menjadikan tahu baik SAINTIS maupun
awam untuk diterima (Antropik) yang Einstein bersikeras tak
mau menerima . Bagaimanapun oleh karena semuanya "order"
berarti ramalan Paul Dirac bahwa determinan Einstein itu yang
betul memang juga kenyataan! 18)
Dan pijakan ke Holism/ REALITAS/ yang mutlak itu akan
menjadikan orang mampu mendefinisikan Kebenaran Mutlak &
Relatip; "Sepanjang sesuatu merujuk berpijak pada REALITAS itu
benar mutlak, sepanjang rasionalitas cocok dengan fakta itu benar
relatip".
Dengan catatan yang pertama itu "open law" melingkup
yang kedua juga; Jika rasionalitas berciri huduri, datang dari
REALITAS, maka itu kebenaran mutlak.
APENDIKS 2.2 : HUMAN DYNAMICAL ANALOGIES:
¼³³³³³³³³³³³³³³³³³ SUATU GIANT STEPS : (1) Perilaku/ tabiat manusia itu
dengan perilaku alam telah terpadukan oleh teori HDA;
Teori HDA, Human Dynamical Analogies; Dengan DA -
Dynamical Analogies theory orang memanunggalkan perilaku
Listrik - Mekanika - Alam, karena bentuk MM (Model Matematik/
rumus) -nya sama. Sedang perilaku orang dan alam
itu terpadu karena pada garis besarnya 2 hal itu 5 variabelnya; dan
kelima variabel alam itu sifatnya sama persis dengan 5 variabel
variabel dari manusia;
Rollo Handy, 1964: "The discovery .... Penemuan suatu
analogy antara kelakuan manusia dan kelakuan dari systemsystem
yang lain (apakah itu komputer, sisitem solar, meteorologi
...) menjadikan penyelidik & pemeriksa begitu yakin bahwa
langkah maju revolusioner telah dilakukan atau sedang dijalankan.
HIPOTESA .... VERIFIKASI DARI HDA: Dari riset pengamatan
hingga ditemukan, yang alam & manusia mempunyai 5 var. yang
bersifat persis sama; Dibuat Hipotesa;
Di deduksikan apa ada konsekuensinya? Then, di verifikasi
apakah MM cocok dengan pengukuran tegangan gergaji di
synapses; Perilaku sirkit Listrik (yang sama dengan tabiat
manusia) ini pernah dicoba akan dijelaskan dengan perilaku
elektron/ Quantum oleh seorang saintis, namun tak mungkin dia
dapat!; Dengan trik MM statistik modern Nilai rata rata tegngan
emosional dari formula AC kita persamakan dengan yang dengan
pendekatan DC, tak terduga ditemukan nilai Tegangan masalah
terkecil EH = 2 V; Hingga kita bisa menghitung nilai besaran yang
lain secara nyata. Lihat nilai dari ukuran ukuran standard dari HDA
pada Gambar 8;
Sejak zaman dahulu kala, ribuan tahun sebelum Masehi
yaitu zaman Yunani, filsuf & psikolog telah menggunakan 3
pembagian; kelakuan nyata cognitip, psikomotor & afektip.
Kelakuan nyata psikomotor/ mempunyai pengertian dasar
mengeluarkan yang dia miliki yang dapat ternyatakan dalam
bermacam macam kelakuan nyata; aktif beramal/ ,
mengajar kebenaran/ , tak omong kosong/ , menetapi
janji/ , berzakat/ , rame gawe/ , tak merusak/ ,
tak munafik/ , tak mencuri/ , tak berzina/ .........bisa
dilanjutkan ...
Kelakuan nyata afektip / mempunyai pengertian
bahwa individu menerima adanya permasalahan yang
merangsangnya; dengan indikator indikator yang bisa kita
temui sebagai: iman/ , sabar/ , berdoa/ salat/ , tak
egois/ , kasih/ , tak berlebihan/ , tak sombong/ , tak
munafik/ , tak mencuri/ , tak berzina/ ....... Kelakuan
nyata cognitip yang mempunyai arti dasar individu
cenderung menolak adanya masalah atas dasar potensi
keduniaan yang ada padanya; Dan keduniaan/sulton
terbagi menjadi 5 macam yaitu : ilmu/ , kekayaan/ ,
kekuasaan/ , teman/ , fisik sehat/ , dan potensi ini
oleh individu dimengerti/di hitung dan disimpan dalam memori di
otak = potensi cognitip. Yang diatas kita resumekan dalam Tabel
1. dibawah:
Pada tahun 1875 dibuat orang standard besaran panjang
"1meter ". Dan sekarang kita buat standard besaran untuk level
ikhlas(), level amal () dan level sulton (). Untuk orang
ideal, orang yang menjadi idaman/teladan tiap orang karena sifat
dan potensinya, akan dinilai 10 untuk -nya. Dan
ketiganya dinilai 1 bagi kebalikan orang ideal atau orang yang
paling jauh dari ideal. Jadi gambaranya untuk seluruh manusia
akan menempati kedudukan tertentu dalam kontinum 0-10 atau
nilai nya terletak dalam selang 0-10.
Dengan mengukur dalam standard kelakuanmanusia
yang kita buat maka akan ditemukan;
BERHITUNG DENGAN Q SESEORANG:
, misalkan
Q = 0,005 x 10 x
Q = 0,005 x 2 x = 0,02 ;
Gbr.8; Q = 0,005 . 5(5x5) = 0,125 ; h1=h2=h3=5
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°³ Tabel 1.
> percaya/ i m a n aktiv b e r s o s i a l s a b a r/ tak emosi mengajar
kebenaran berdoa/ s h a l a t tak o m o n g k o s o n g altruism/ tak egois
menepati j a n j i k a s i h b e r z a k a t tidak berlebihan r a m e g a w
e tidak s o m b o n g tidak m e r u s a k tidak m u n a f i k tidak m u
n a f i k tidak m e n c u r i tidak m e n c u r i tidak b e r z i n a
tidak b e r z i n a aktifitas a f e k s i aktifitas psikomotor
ilmu / pengetahuan k e k a y a a n k e k u a s a a n t e m a n fisik s e
h a t aktifitas c o g n i s i
>Gbr. 8 ; Q = 0,005 x 2 x Q = 0,005 x 5 x = 0,125 ;
. DEFINISI "BAIK" : "Semua perilaku yang
mempertinggi Q itu baik & sebaliknya yang merendahkan Q
itub buruk, dengan catatan Qmax = 0,5
. DEFINISI "MENGERTI" " Saat tegangan gergaji dalam
neuron memotong garis sumbu absis adalah saat orang
mengerti tentang permasalahan yang dihadapi." !
. DEFINISI "TAQWA" : "Orang yang taqwa yaitu orang
yang amal (h2) dan ikhlas-nya (h1) tinggi" :: (92/17-21)
. DEFINISI "SULTON" (55/33): ilmu (10/68) / kekayaan
(69/28) / kekuasaan (17/33) / teman (34/21) / fisik (17/33)
.......... .. / - berarti dan atau !
. DEFINISI "QUALITAS" " Orang yang terjelek adalah orang
yang h1, h2 dan h3 -nya terrendah, hi=1, Q-nya terrendah =
0,005" ,yang terbaik Q-nya =0,5 , rumus qualitas:
Qorang = 0,02 0,045 0,08 0,125 0,180 0,320 0,500
= 2 3 4 5 6 8 10
Barangkali sekarang anda telah siap untuk memahami
gambar kurva HDA:
REFERENSI:
1. "Thet", The Theory of HDA; Taufik Rusdi (1987); Superfised by
Prof. Baiquni ; 1700 pages, 1000 pages in mathematical formulae
; more than 100 book referred;
2. The Mind of God - Paul Davies ; 1992
3. Scientific America - 1979 And many others.
C A T A T A N
). Bertrand Russell, 1965 , p. 221;
Atau dari: Syafi'i Maarif, Perspektif Islam dalam Pembangunan
Bangsa, PLP2M, Yogyakarta, 1987, p. 218.
"Not only will men of science have to graple with science
that deal with man - but, and this is a far more difficult matter - they
will have to persuade the world to listen to what they have
discovered. If they can not succeed in these difficult enterprise,
man will destroy himself by his halfway cleverness. I am told that,
if he were out of the way, the future would lie with rats. I hope they
will find it a pleasent world, but I am glad I shall no be there."
2). Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala , Pustaka Utama Grafiti,
Jakarta , 1999, p. 1.
Seorang ilmuwan terkenal (Bertrand Russell menurut
sementara orang) pernah berceramah kepada masyarakat umum
mengenai astronomi. Ia memerikan (mendeskripsikan) bagaimana
bumi beredar mengitari matahari, dan bagaimana matahari
selanjutnya beredar mengitari pusat kumpulan sejumlah besar
bintang yang disebut galaksi. Pada akhir ceramah, seorang nenek
di barisan belakang berdiri dan berkata, " Apa yang anda uraikan
itu omong kosong. Sebenarnya dunia ini piring rata yang terletak
di atas punggung kura kura raksasa." Ilmuwan itu tersenyum
menang, lalu menjawab, "Lalu kura kura itu berdiri di atas apa
ibu?" "Kau sangat cerdik orang muda, benar benar cerdik," kata
nenek itu. "Sampai ke bawah pun semuanya kura kura!"
3). J.P. Mc Evoy and Oscar Zarate, Stephen Hawking for
Beginners, Icon Book Ltd., Cambridge, 1995, p. 165
The anthropic principle is a quasi-metaphysical notion
which implies that, if a particular universe does not take on
fundamental constants of Nature, which allow for the existance of
life and the development of intelligence, there will never be anyone
to report its properties. That is why our Universe seems so right to
us. it's tuned perfectly. Althouh many scientist rubbish this idea, no
less an authority than Nobel Laureate Steven Weinberg (who
wrote the seminal book on the early universe, The Last Three
Minutes) believes that quantum cosmology provides a contexts in
which the anthropic principle becomes simple common sense. The
most probable universe is the one that we're in ! As Voltaire's
absurd philosopher Pangloss keeps telling Candide, "We live in
the best of all possible worlds"
4) David H. Hubel "A Scientific American Book", The Brain,
(September 1979), Vol: ...., p. 3.
Can the brain understand the brain?
Can it understand mind? ......
I think the difficulties with questions such as these are
semantic. They are loaded with words such as "understand" and
"mind", useful words for many purposes but fuzzy at the edges
and out of place when they are applied to questions such as these,
which they render either meaningless or unanswerable.
The brain is a tissue. It is complicated .... they function
according to the laws that govern any other cells. Their electrical
and chemical signals can be detected, recorded and interpreted,
and .... the connections that constitute the brain's woven feltwerk
can be mapped. In short, the brain can be studied, just as the
kiney can.
The problem comes when we ask about understanding,
because such a word carriers with it the implication of a sudden
revelation or dawning, the existance of a moment when we might
be said to leave the darkness of the tunnel. It is not clear to me
that there can be such a moment, or that we will know when it
comes.
5). Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala , Pustaka Utama Grafiti,
Jakarta , 1999, p. 188.
Sampai sekarang, kebanyakan ilmuwan terlalu sibuk
mengembangkan teori baru yang menguraikan apakah jagat raya
itu sehingga tidak sempat bertanya mengapa. Di pihak lain yang
urusannya melontarkan pertanyaan mengapa, yaitu para filsuf,
tidak mampu mengejar kemajuan teori keilmuan. Dalam abad ke-
18, para filsuf menganggap seluruh pengetahuan manusia,
termasuk sains, sebagai medan mereka. Mereka membahas
pertanyaan seperti : apakah jagat raya mempunyai awal? Tetapi
dalam abad ke-19 dan 20, sains menjadi terlalu teknis dan
matematis bagi para filsuf, atau siapa pun kecuali para spesialis.
Para filsuf mengurangi begitu banyak lingkup penyelidikannya,
sehingga Witgenstein , filsuf terkenal dalam abad ke-20 ini
berkata, "Satu satunya tugas yang tersisa bagi filsafat adalah
analisa bahasa." Alangkah mundurnya filsafat dibandingkan
dengan tradisi besar Aristoteles sampai Kant.
6) Eric R. Kandel "A Scientific American Book", The Brain,
(September 1979), Vol: ., pp. 29; 38.
Many neurobiologists believe that the unique character of
individual human beings, their disposition to feel, think, learn and
remember , will ultimately be shown to reside in the precise
patterns of synaptic interconections between the neurons of the
brain.
Although certain higher mental activities are characteristic
of the complex brains of higher animals, it is now clear that
elementary aspects of what are regarded as mental processes can
be found in the activity of just a very few neurons. It will therefore
be interesting both phylosophically and technically to see to what
degree complex forms of mentation can be explained in terms of
simpler components and mechanism. To the extent that such
reductionist explanations are possible it will also be important to
determine how the units of this elementary alphabet of mentation
are combined to yield the language of much more complex mental
process.
The Mind is not material substance; It has no dimension
of space - time. So it is not correct to say that the mind resides in
the precise pattern of synaptic interconnections between the
neurons. Probably we can say that the mind manipulates
thinking process there!
7) Robert Ornstein (& Claudio Naranjo) , On the Psychology of
Meditation, A Viking Compass Book, New York, 1972; p.
8) Marilyn Fergussen, The Aquarian Conspiracy, Granada, Great
Britain , 1982, pp.25;175,176,177,178
# 1980 Penemuan - Prigogine's Transformation yang
orang mampu menjelaskan bagaimana Tuhan membuat manusia
dari tanah
# Supaya kita tahu dengan benar dengan pendekatan
keseluruhan itu maka perlunya verstehen, yaitu, melihat jalan
proses Prigogine transformation dari terjadinya manusia, dalam 4
maqom, yang bermula dari tanah ......... 700gr otaknya lalu
bertransformasi menjadi 1300 gram bobotnya ....... homosapiens
ini di tahun 1000 BC pernah bertransformasi menjadi "peradaban
yang terindah dari sepanjang zaman", due to ketaqwaan/ return
mereka, ..... di akhir abad XX 2 syarat; pengetahuannya menjadi
jumbuh hingga tahu ajaran agama/Quran walau paradox dan
dalam pergolakan yang tercepit, stres kritis (Nur, 55) maka
seluruh umat manusia akan bertransformasi menjadi insan kamil -
manusia ideal! Yang tertinggal - tidak mau karena egois , hatinya
culas/ jelek, mati dia atau menjadi fasek, manusia bubrah!
Prigogine, who won the 1977 Noble Prize for a theory that
describes transformation, not only in the physical sciences but
also in society - the role of stress and `perturbations' that can
thrust us into a new, high order : " We are at a very exciting
moment in history, perhaps a turning point."
It is possible that we too are expressing a collective need,
preparing for an evolutionary leap? Physicist John Platt has
proposed that humankind is now experiencing an evolutionary
shockfront and `may emerge very quickly into co-ordinated forms
such as it has never known before .... implicit in the biological
material all along, as surely as the butterfly is implicit in the
cartepillar.'
When the puzzles and paradoxes cry out for resolution, a
paradigm is due. Fortunately, a deep and powerful new
explanation for rapid evolution - biological, cultural, personal - is
emerging.
The theory of dissipative structures may prove as
important a break-through to science in general as the theories of
Einstein were to physics - the missing link between living systems
and the apparently lifeless universe in which they arose.
Prigogine's theory resolves the fundamental riddle of how
living things has been running uphill in a universe that is supposed
to be running down. And the theory is immediately relevant to
every day life - to people. It offers a scientific model of
transformation at every level. It explains the critical role of stress
in transformation - and the impetus towards transformation
inherent in nature!
As we shall see, the principles revealed by the theory of
dissipative structures are valuable in helping us understand
profound change in psychology, learning, health, sociology, even
politics and economics.
First, let's look again for a moment at the way in which
nature is saturated with order and alive with pattern; flowers and
insect colonies, cellular interactions, pulsar and quasar stars, the
DNA code, biological clocks, the symmetrical exchange of energy
in the collision of subatomic particles, memory patterns in human
minds.
Next, remember that a deep level of nature, nothing is
fixed. These patterns are in constant motion. Even a rock is a
dance of electrons.
Some form in nature are open system involved in a
continuous exchange of energy with the environment. A seed, an
ovum, and a living creature are all open systems. There are also
human-made open system. Prigogine gives the example of a town:
it takes in energy from the surrounding area (power, raw
materials), transform it in factories, and returns energy to the
environment. In closed systems, on the other hand - examples
would be a rock, a cup of cold coffee, a log - there is no internal
transformation of energy.
Prigogine's term for open system is dissipative structure.
That is , their form or structure is maintained by a continuous
dissipation (consumption) of energy. Much as water moves
through a whirlpool and creates it at the same time, energy moves
through and simultaneously forms the dissipative structures. A
dissipatives structure might well be described as a flowing
wholeness. It is highly organized but always in process.
Now think about the meaning of the word complex ;
braided together. A complex structure is connected at many points
and in many ways. The more complex a dissipative structure, the
more energy is needed to maintain all those connections.
Therefore it is more vulnerable to internal fluctuations. It is said to
be `far from equilibrium'
Because these connection can only be sustained by a flow
of energy, the system is always in flux. Notice the paradox; the
more coherent or intricately connected the structure , the more
unstable it is. Increased coherent means increased instability! This
very instability is the key to transformation . The dissipation of
energy, as Prigogine demonstrated by his elegant mathematics,
creates the potential for sudden reordering.
The continous movement of energy through the system
results in fluctuations; if there are minor, the system damps them
and they do not alter its structural integrity. But if the fluctuations
reach a critical size, they `perturb' the system. They increase the
number of novel interactions within it. They shake it up. The
elements of the old pattern come into contact with each other in
new ways and make new connections. The parts reorganize into
a new whole. The system escapes into a higher order.
The more complex or coherent a structure, the greater the
next level of complexity. Each transformation makes the next one
likelier. Each new level is even more integrated and connected
than the one before, requiring a greater flow of energy for
maintenance, and is therefore still less stable. To put it another
way, flexibility begets flexibility. As Prigogine said, at higher levels
of complexity, `the nature of the laws of nature changes.' Life
`eats' entropy. It has the potential to create new forms by allowing
a shake up of old forms.
The elements of a dissipative structure co-operate to bring
about this transformation of the whole. In such a shift, even
molecules do not just interact with their immediate neighbours,
Prigogine noted, `but also exhibit coherent behavior suited to the
[needs of] the parent organism.' At other levels, insects co-operate
within their colonies, human beings within social forms.
One recently reported example of a new dissipative
structure occured when bacteria were placed experimentally in
water, a medium in which this strain was unaccustomed to live.
They began to interact in a highly organized way that enabled
some of their number to survive.
The Zhabotinskii reaction, a dissipative structure in
chemistry, caused something of a sensation among chemist in the
1960s. In this dramatic example of nature creating patterns in both
space and time, beautiful scroll-like forms unfold in a solution in a
laboratory dish while the colours of the solution oscillate, changing
from red to blue at regular intervals. Similarly, when certain oils are
heated, a complex pattern of hexagons appears on the surface.
The higher the heat, the more complex the pattern. These
shifts are sudden and non linear. Multiple factors act on each other
at once. [ These are the analogy of when the very strong forces,
cathasthrope, act upon a clay or sand, result in the more complex
molecules in a sudden and non linear shift, similar as the skin af
the one cell bacteria].
At first the idea of creating new order by perturbation
seems outrageous, like shaking up a box of random words and
pouring out a sentence. Yet our traditional wisdom contains
parallel ideas. We know that stress often forces sudden new
solutions; that crisis often alerts us to opportunity; that the creative
process requires chaos before form emerges; that individuals are
often strengthen by suffering and conflict; and that societies need
a healthy airing of dissent.
Human society offers an example of spontaneous selforganization.
In a fairly dense society, as individuals become
acquainted with others, each soon has more points of contact
throughout the system via friends and friends of friends. The
greater the instability and mobility of the society, the more
interactions occur. This means greater potential for new
connections, new organizations, diversification. Much as certain
cells or organs in a body specialize during the course of evolution,
people with common interests find one another and refine their
speciality by mutual simulation and exchange of ideas. ....
Critical perturbations - `a dialectic between mass and
minority' - can drive the society to `a new average'. Societies have
limited power of integration, he said. Any time a perturbation is
greater than the society's ability to `damp' or repress it, the social
organization will (a) be destroyed, or (b) give way to a new order.
9) Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala , Pustaka Utama Grafiti,
Jakarta , 1999, p. 135.
.... tata surya kita yang usianya sekitar 5 milyard tahun. Satu atau
dua milyar tahun yang pertama bumi terlalu panas untuk
perkembangan apa pun yang rumit. Tiga miliar tahun sisanya
digunakan untuk proses lambat evolusi biologi, yang membawa
organisme mulai dari yang paling sederhana sampai ke makhluk
yang mampu mengukur waktu balik sampai ke dentuman besar.
10) Paul Davies, The MInd of God , The Penguin Book, London,
1993, pp. 202-203.
..... Although the origin of the solar system is not well understood,
mechanism are known to exist that could arrange the planets in
the orderly manner that we find them. Nevertheless, the overall
organization of the universe has suggested to many a modern
astronomer an element of design. Thus James Jeans, who
proclaimed that "the universe appears to have been designed by
a pure mathematician" and it "begins to look more like a great
thought than like a great machine" also wrote: We discover that
the universe shows evidence of designing or controlling power that
has something in common with our own individual minds - not, so
far as we have discovered, emotion, morality, or aesthetic
appreciation, but the tendency to think in the way which, for want
of a better word, we described as mathematical.
11) Tim CIMM, Millenium Evening - Stepheh Hawking , Mizan,
Bandung , 1998, p. 129-130.
Tanya Jawab III
Daniel Manilow: " .. Mengapa alam semesta memenuhi hukum?
Dr. Phillips (Ahli Fisika Nobel Laureate 1997): " Ini pertanyaan
yang sangat bagus. Saya betul betul berharap saya punya
jawaban yang bagus pula. Sayangnya tidak. Pertanyaan seperti
itu telah mengganggu para saintis, ahli filsafat, dan ahli teologi
selama berabad abad. Pertanyaan itu benar benar mengagumkan.
Semua yang dibicarakan Profesor Hawking
sesungguhnya dapat dinyatakan dalam sejumlah kecil persamaan
matematika yang relatif sederhana, kemudian diikuti oleh banyak
persamaan yang rumit. Mengapa alam mengikuti persamaan
matematika? Orang telah berspekulasi tentang hal ini. Satu
jawaban yang mungkin adalah, jika alam berbeda dari yang
sekarang ada, maka kita tidak akan berada di sini. Yaitu jika alam
tidak sebagaimana adanya, dan tidak ada hukum bagi alam, maka
tidak mungkin bagi kehidupan untuk berevolusi. Tidak mungkin
bagi kita (makhluk hidup) untuk mengalami evolusi sedemikian
hingga bisa mengajukan pertanyaan tersebut.
12) Paul Davies, The MInd of God , The Penguin Book, London,
1993, pp. 173; 221-2.
13) Tim CIMM, Millenium Evening - Stepheh Hawking , Mizan,
Bandung , 1998, pp. 19.
Karlina: Dalam dunia sains sekarang telah disadari bahwa
ilmu pengetahuan bukan semata mata "dunia yang ada di luar
sana". Dengan kata lain, seluruh alam semesta (=fakta, penulis)
itu adalah jalinan antara subyek "Aku" sebagai pemaham dan
obyek dunia yang ada di luar sana.
Implikasinya, sains dipandang sebagai suatu konstruksi
yang bersifat epistemologis, bukan ontologis. Pengetahuan kita
tentang alam bukanlah alam itu sendiri, melainkan pemahaman
"Aku" mengenai alam. Kita tetap melihatnya sebagai sebuah
persepsi. Sedangkan realitas yang ada di luar diri manusia masih
harus selalu kita pertanyakan. Dan manakala subyektivitas
dilibatkan, maka pendekatan kuantitatif tidak dapat dipegang
sepenuhnya. Karena subyektivitas itu berubah-ubah. Saya kira
kalau sains berpegang pada pemahaman ini, sains akan berbicara
dalam bahasa kemanusiaan . Sains dengan wajah manusia
14) Hamdani ,Ilmu Khudhuri, Mizan, Bandung, 1980, p.
15) Dogobert D. Runes, Dictionary of Philosophy, Littlefield,
Adams & CO, Paterson, New Jersey , 1963, p. 198.
16) Ibid., pp. 147-148.
17) John Gliedman, "Einstein - Against the Odds: The Great
Quantum Debate" Science Digest, (June 1983); pp. 74 - 80 , 109.
Einstein: .... As far as quantum theory is concerned, God
roll dice, but every subatomic particle rolls a pair of loaded dice
every time it decides on manifesting itself at a definite position or
with a definite momentum. Einstein could have lived with quantum
theory's see saw treatment of position and momentum but for the
fact that it ruled out determinism in the atomic realm, and Einstein
refused to abandoned determinism.
.... And still Einstein persevered in his lonely combat against
quantum theory. Increasingly he began to emphasize that
quantum theory challenges another fundamental scientific belief
about reality. It implies that you may have to take virtually the
whole universe into account when seeking the true causes of a
physical event. Einstein said you didn't have to.
Quantum theory postulates a kind of long-range Siamese
twin effect whenever two subatomic particles collide and then go
their different ways. Even when the particles are halfway across
the universe from each other, it says, they instantaneously
respond to each other's action. And in so doing, they violate
relativity's ban on faster-than-light velocity.
Bohr interpreted the quantum mechanical paradoxes are
reflecting basic limits to the mind's ability to conceptualize reality.
In visual perception,a shift of attention is often enough to trigger
perception of the other figure in the ambigious pattern - to change
the face into two profiles or the beautiful young women into an old
crown. In quantum physics, according to Bohr, a shift in the
scientist's experimental setup achieves a somewhat analogous
change in his "perception" of a subatomic particle. In one
experimental arrangement, the physicist "sees" a particlelike
electron; in another setup that is complementary, he "sees" a
wavelike electron.
Judged by the traditional criteria of science, quantum
theory was indeed fatally flawed. It provided no explanation
whatever for why individual subatomic particles behave as they
do, and it compounded this omission by dissolving the clear line
between what we know about reality and reality itself (reality =
facts, while reality itself is REALITY = Vacuum Space = GOD
TOE !). This was enough to cause Einstein renounce quantum
theory even though he acknowledged that it was a fantastically
accurate prediction machine.
Bohr's positivism led him to draw the opposite conclusion; since
quantum theory uses only those concepts that can be defined
through subatomic masurements, scientist must accept the fact
that undefineble concepts such as causality and objective reality
have no place in atomic physics. Quantum theory is the best that
human reason can do when confronted in the atomic domain by a
kind of scientific Great Wall of China - a permanent barrier to new
human understanding of physical reality. ...
As far as man's limited reason is concerned,"There is no
quantum world . There is only an abstract quantum physical
description. It is wrong to think that the task of physics is to find
out how nature is. Physics concerns what we can say about
nature."
One can almost hear Bohr saying to Einstein what he
once said to his son in a discussion about physics: "You are not
thinking ; you are merely logical" .. Einstein was trying to think
logically about phenomena that resist ordinary logic.
Undaunted, Einstein wrote to his friend the phyicist Erwin
Schrodinger (who shared Einstein's skepticism even though he
was one of the new theory's principle architects) that "The
Heisenberg-Bohr tranquilizing philosophy - or religion? - is so
delicately contrived that, for the time being , it provides a gentle
pillow for the true believer from which he cannot very easily be
aroused ...... But this religion has .... damned little effect on me."
.... Thus wrote Einstein, the EPR pradox forces us to relinquish
one of the following assertion:
1. The quantum mechanical description of atomic behavior is
complete
2. The real states of spatially separated objects are independent
of each other. In other words, if you believe that quantum theory
is complete, you're stuck with its incredibly subversive holism.
Even today the overwhelming majority of physicist don't
concern themselves with the phylosophical issues raised by
quantum theory. Relatively few among the more phylosophically
inclined minority joint Einsteinin concluding that quantum theory is
incomplete on account of its baffling holism. Still, these
phylosopher - physicists' attempts to trace the implications of
quantum holism for our picture of reality is closer to the spirit of
Einstein's stubborn search for atomic insight than Bohr's austere
renunciation of even the hope of someday understanding quantum
phenomena. And in recent years - as dissent from Bohr's still
orthodox interpretation of quantum theory has slowly grown - a few
scientists, like the Nobel Laureate P.A.M. Dirac, have begun to
wonder aloud if Einstein may yet be proved right. "It seems clear
that the present quantum mechanics is not on its final form", said
Dirac in 1979. He added :"It might very well be that the new
quantum mechanics will have determinism in the Einstein wanted
........ I think it is .....quite possible that Einstein will turn out to be
correct.
These writing above was at the year of 1983. And these
NOTE was written at 17 August 2002, or, after this book is
finished; It means that they represent a wholeness approach or
TOE approach.
TOE approach: 1. If you believe that quantum theory is complete,
you're stuck with its incredibly subversive holism.
On the problem of what is matter, TOE has explained that
The Facts depend on the Mind - Individual mind and
presented God Mind / huduri
# Just the formulae or Mathematical Model of Schrodinger is some
thing that none comparable to it;
If our mind involve in it, the boundary condition -1 would produce
Fact-1 , material world;
If involving the boundary -2 would produce Fact-2 , the wave.
So: Talking about facts we must linkage to The
Wholeness = REALITY = GOD and God's mind ; In other words,
The quantum mechanical description of atomic behavior is
complete !!!
2. Dirac: He added :"It might very well be that the new quantum
mechanics will have determinism in the Einstein wanted ........ I
think it is .....quite possible that Einstein will turn out to be correct.
According to Le Comte Du Nouy :
Classic orderly or determinism
Quantum or statistic Order is born from disorder [look 18) ! ]
That is why those two are orderly or Einstein determinism is right
after all.
Hawking: "We already know the laws that govern the behavior of
³³³³³³³³³³³³³³³³³³³³³³matter under all but the most extreme condition ....
suchg as at the
moment of creation "inflation" which is determinism ...."
18) Lecomte du NoÜy, Human Destiny, Mentor Book, New York,
1947, p.30
The first is that it was necessary for the reader to
understand clearly that all our scientific laws at present rest on
chance, that is to say, on the hypothesis of an absolute disorder
at the base. If molecules, atoms, and electrons were not submitted
to "perfectly disorder" motions, our statistical reasoning would not
lead us to definite laws. Now, these laws of nature express a
remarkable harmony on our scale of observation. It can therefore,
be sait that, from our point of view of man, order is born fromdisorder.
21 September 2002
JUMLAH NERON DI OTAK, BINTANG DI GALAXI & GALAXI DI
UNIVERSE SEMUA 100 MILYAR
Dari semut sampai gajah, otaknya terjadi dari sel sel yang
dinamakan neuron, dengan fitrah yang sama, dan jumlah neuron
manusia yang 100 milyar itu tak ada makhluk bumi yang
mengungguli. Karena pada binatang tingkat rendah, aplysia,
jumlah neronnya tak terlalu besar hingga dapat langsung bisa
dijangkau oleh jarum elektrode mikro dalam percobaan percobaan
saintis. Dan saintis Kandel telah dapat memisahkan dengan
presice & accurate antara input & output dari otaknya, seperti
gambar berikut ini.
Badan neuron yang mempunyai cabang cabang pendek
(dendrite) yang berfungsi menerima nerve impulses & satu Axon
cabang yang besar sebagai transmitter pulsa syaraf; Dan ada 10
000 benang syaraf - nerve fibers - ( 10 000 kabel telpon dari
pusat kantor telpon ,yang bersystem 10 000, ke abone/ rumah
rumah) yang menyebar ke neron neron yang lain, sebagai
penghantar dari informasi informasi yang berujut pulsa pulsa listrik
yang dibangkitkan oleh ion ion kimiawi (neuro transmitter). Bisa
dilihat dalam gambar diatas benang syaraf dari Axon itu
terminalnya pada dendrite neron berujut knop knop kecil
synapse.
Synapse itu "pusat
relay" yang informasi listrik,
yang dikerjakan oleh transmitter neron atau ion ion kimiawi,
diangkut dari neron ke neron neron yang lain. Di celah (cleft)
synapse terjadi penimbunan ataupun pengurasan dari transmitter
kalau ada pulsa pulsa listrik datang, atau neron neron sedang aktif
bekerja. Dan sekali lagi kinerja padanya itu dilakukan oleh ion ion
yang nota bene adalah proses listrik, jadi orang boleh berpikir dan
menjamunya, dealing with it, sebagai suatu sirkit listrik biasa.
Secara common sense kalau ada suatu gejala/ arus listrik di suatu
benda apapun, neron kek, synapse kek, air ludah kek, taik ayam
kek, .....maka untuk benda tersebut tentu mempunyai "equivalent
circuit-nya" atau sirkit penggantinya; Dan kalau kita bisa
mendapatkan sirkit pengganti-nya maka kondisi hal itu dapat kita
kuasai artinya bisa kita jamu sebagai sirkit listrik biasa dan
seluruh konsekuensinya akan merupakan sifat & kondisi yang
berlaku pula pada neron itu. Pengukuran sinal sinal listrik
dilakukan dengan penusukan dari jarum micro pada Synaptic
Cleft/ celah synapse. (Eric F. Kandel ;"Scientific American Book",
1979);
Kalau ion ion, neuro transmitters, itu terlalu banyak
mendekam di celah itu dan di banyak neron neron yang lain maka
individu akan mengalami stress berat dan oleh obat anti stress ion
ion itu dinetralisir, katakan tegangan listriknya menjadi nol, zero
voltage. Stress akan hilang namun hanya sementara saja selagi
obat stress itu berkhasiat, karena alamiahnya stress masalah
yang diderita individu tetap exist hingga menimbulkan timbunan
tegangan listrk itu lagi. Barangkali perlu kita tekankan lagi
"Bahwasanya Qur`an/ Taqwa itu juga Obat/ syifak" bahwa
amalan & keikhlasan orang akan meninggikan Q-kualitas orang
yang berarti semua tegangan tegangan di neron neron akan
meluncur ke nol semuanya; Atau dengan lain kata ion ion yang
tertimbun di celah celah akan ternetralisir secara mutlak, dengan
pengertian, tidak sementara namun seterusnya karena walau
stress masalah itu tetap ada namun mekanisme otak - dengan
pendekatan HDA yang semua perilaku neron itu sama dengan
perilaku r,c,l sirkit listrik - dengan Q yang tinggi tadi menjadikan
tegangan listrik terbuang (discharge); Dan perlu diketahui dengan
mempertinggi ketaqwaan tadi tak ada efek samping-nya, sedang
dengan obat/ pil anti stress tadi ada sisa bahan kimiawi yang
merupakan sampah sampah yang bisajadi berbahaya bagi kinerja
otak selanjutnya.
Gambar nerve fiber atau benang syaraf diatas persis seperti kabel
listrik, yang ion ion atau elektron elektron bergerak didalamnya.
Bayangkan gerakan elektron itu seperti gerakan kelereng yang
kita isikan dalam pipa pralon dari Solo hingga Jakarta, dan
dorongan di Solo hanya berkecepatan 10 meter/hari yang akan
diikuti pula dengan gerakan kelereng di Jakarta; Jadi kecepatan
elektron/kelereng itu lambat sekali, namun kecepatan informasi
yang dibawanya secepat kilat saat kita menghentakkan dorongan
pada kelereng pertama kali saat itu juga Jakarta sudah
merasakan hentakan itu kecepatannya = kecepatan sinar 3 x
108 meter/detik atau kira kira bolak balik Solo Jakarta 300 kali
dalam 1 detik saja.
VERIFIKASI / BAYINAT DARI FORMULA HDA :
Dari data pengukuran Kandel diatas
didapatkan: (1) dalam 5 sec. ada 12 pulsa menurun ke nol
ketemu = 0,083 ; (2) ketinggian pulsa pertama terhitung tinggi
pulsa kedua, ketiga ...etc. Dengan 2 data ini dan formula HDA-nya
kita masukkan computer dengan program Turbo Pascal,
menghasilkan L7 & L10 diatas, yang hitam. Bayangkan dari hasil
pengukuran Kandel yang semua saintis USA tak tahu artinya
namun dengan Formula HDA yang mengabstraksikan gejala
terukur itu secara precise & accurate kita menjadi tahu makna
hasil pengukuran itu, karena hasil 2 bentuk fungsi gergaji yang
sama itu atau hasil teori & experimen yang sama; Dan inilah bukti
nyata atau verifikasi dari HDA theory. Kemlesetan pada
tegangan yang rendah karena sangat mungkin mekanisme otak
mempergunakan teknik AGC-automatic gain control yang
menaikkan level tegangan rendah.
Dalam DA semua formula sirkit Listrik bisa dipakai
menjadi formula Phisika & Mekanika dan dengan HDA semua
formula listrik tadi bisa menjadi formula perilaku manusia
termasuk pemikiran atau perilaku otak. Untuk
mengkonstruksikannya butuh 25 tahun kerja keras, karena
menyangkut system alam.
OTAK HARUS DG. PENDEKATAN "KOTAK-HITAM"
And now a breakthrough in the study of the brain does
come. There is no scientific study more vital than the study of his
own brain. Our entire view depend on it. (HDA, 1987) To
understand man, we have to understand the brain. (Francis O
Schmitt 1967) Pemahaman manusia akan rahasia otaknya
dapat mengarah kepada semacam evolusi sosial yang dapat
membantu mencerdaskan manusia, mencegah konflik konflik
antar manusia dan antar bangsa, karena manusia telah dapat
memahami dirinya sendiri dan pada giliran-nya ia dapat
memahami orang lain. Menurut dia evolusi semacam ini
diperlukan demi kelestarian species manusia.
Otak manusia merupakan misteri dunia biologis
terbesar, frontir terbaru abad ini, dan barangkali frontir terakhir,
yang dihadapi manusia dalam upaya mengexplorasi dan
memahami dirinya sendiri. Pemahaman manusia tentang otaknya
sendiri baru berada di ambang pintu perjalanan jauh.
Perkembangan dan kecenderungan teknologi otak bergerak dari
mitos =dongeng, isapan jempol atau barang yang fiktip, hanya
bayangan belaka; Masalahnya sekarang saintis modern telah
menyatakan bahwa sesungguhnya `materi itu mitos'
Schrdinger formula menuju realitas. (Soejono Aswin 1988)
Mengapa "kotak hitam" ? Atau sebetulnya mengapa kita
harus iman atau mempercayai bahwa itu yang betul? Kita hidup ini
tidak bisa lepas dai unsur `percaya' namun juga jangan bodoh,
kita gunakan akal sehat, misalnya dalam memakai kalkulator yang
baru, kita coba dulu 7x7=49, 30:3=10, 2+3=5-2=3, 9=3 sesudah
itu kita boleh percaya hasil hitungan yang jutaan rupiah itu tentu
betul; Kita tanyakan kepada profesor kita yang selalu tepat
jawabannya maka kita ikuti /percayai saja formulanya,
petunjuknya, ijtihadnya; Kita cek, uji saja formula HDA, lalu orang
pakai saja; Karena kalau orang harus membuktikan atau
mengecek secara tuntas - mengerti dalam kotak hitam - kerjanya
kalkulator, penelitian profesor etc itu akan butuh waktu yang
panjang dan orang malah menjadi redundans, mengulang ulang
yang buang enersi. Maka dari itu cek saja in & outnya dan kotak
hitam kita anggap saja sebagai bolah ruwet, seperti saat
kita/orang berkenaan dengan matematik.
Barangkali dalam pemahaman manusia tentang
otaknya sendiri ini kita boleh memegang & mempercayai petunjuk
Tuhan bahwa " Tuhan mengajar manusia dengan amsal. Amsal,
sampel, simulasi atau contoh ajaran-Nya adalah Listrik " (24/35).
Singkatnya, di kotak hitam otak itu ada arus listrik maka ia
mempunyai sirkit equivalen-nya, simulator-nya. Bentuk tegangan
pulsa listrik di input & output otak yang diukur oleh saintis Amerika
Kandel persis sama dengan pulsa pulsa listrik dari teori HDA,
itulah verifikasi. Lihat gambarnya di lain halaman !
Synapse itu "pusat relay" yang informasi listrik, yang
dikerjakan oleh transmitter neron atau ion ion kimiawi, diangkut
dari neron ke neron neron yang lain. Di celah (cleft) synapse
terjadi penimbunan ataupun pengurasan dari transmitter kalau ada
pulsa pulsa listrik datang, atau neron neron sedang aktif bekerja.
Dan sekali lagi kinerja padanya itu dilakukan oleh ion ion yang
nota bene adalah proses listrik, jadi orang boleh berpikir dan
menjamunya, dealing with it, sebagai suatu sirkit listrik biasa.
Secara common sense kalau ada suatu gejala/ arus listrik di suatu
benda apapun, neron kek, synapse kek, air ludah kek, taik ayam
kek, .....maka untuk benda tersebut tentu mempunyai "equivalent
circuit-nya" atau sirkit penggantinya; Dan kalau kita bisa
mendapatkan sirkit pengganti-nya maka kondisi hal itu dapat kita
kuasai artinya bisa kita jamu sebagai sirkit listrik biasa dan
seluruh konsekuensinya akan merupakan sifat & kondisi yang
berlaku pula pada neron itu.
Pengukuran sinal sinal listrik dilakukan dengan penusukan
dari jarum micro pada Synaptic Cleft/ celah synapse. (Eric F.
Kandel ;"Scientific American Book", 1979);
Kalau ion ion, neuro transmitters, itu terlalu banyak
mendekam di celah itu dan di banyak neron neron yang lain maka
individu akan mengalami stress berat dan oleh obat anti stress ion
ion itu dinetralisir, katakan tegangan listriknya menjadi nol, zero
voltage. Stress akan hilang namun hanya sementara saja selagi
obat stress itu berkhasiat, karena alamiahnya stress masalah
yang diderita individu tetap exist hingga menimbulkan timbunan
tegangan listrk itu lagi. Barangkali perlu kita tekankan lagi
"Bahwasanya Qur`an/ Taqwa itu juga Obat/ syifak" bahwa
amalan & keikhlasan orang akan meninggikan Q-kualitas orang
yang berarti semua tegangan tegangan di neron neron akan
meluncur ke nol semuanya; Atau dengan lain kata ....
|
|
|
|